Monkey Pox Hanya untuk Menakuti Saja? Eks Menteri Kesehatan RI Ungkap Bisnis Pejabat WHO

Monkey Pox Hanya untuk Menakuti Saja? Eks Menteri Kesehatan RI Ungkap Bisnis Pejabat WHO

Mantan Menkes RI, Siti Fadilah Supari, menyebutkan bahwa Monkey Pox hanya isu untuk menakut-nakuti masyarakat se-dunia. --

Menurut Fadilah, saat ini negara yang sangat menderita oleh virus Monkey Pox ini adalah Afrika. Akan tetapi, yang harus digaris bawahi bahwa angka kematian rendah. 

"Angka kematiannya itu di bawah 3 persen," ujarnya. 

Fadilah juga menegaskan, bahwa untuk penularan virus Monkey Pox ini tidaklah terlalu mudah. Dan angka kematian juga tidak terlalu tinggi. 

BACA JUGA:GAWAT! WHO Umumkan Status Cacar Mpox Sudah Mewabah, Indonesia Waspada?

BACA JUGA:Virus Cacar Monyet Merebak di Dunia, Ternyata Sudah Diramal oleh Serial Kartun Asal Amerika Serikat Simpsons

"Lagian saat ini kan sudah ada obatnya. Apalagi Monkey Fox ini bisa menjadi isu saja, dan bisa mendatangkan uang," katanya lagi. 

Ladang Bisnis WHO

Adanya isu Monkey Pox ini tentunya bisa menjadi ladang bisnis bagi para pengurus WHO, dengan cara membuat vaksin yang kemudian dijual. 

"Misalkan untuk membikin vaksin yang kemudian dijual. Jadi, berhasil menakut-nakuti orang se-dunia saja," ujarnya. 

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, untuk kedua kalinya Organisasi Kesehatan Dunia WHO resmi menyatakan status darurat kesehatan terhadap penyebaran penyakit infeksi cacar monyet atau Monkey Pox bagi masyarakat global.

BACA JUGA:Waspada! Cacar Monyet Cepat Menular Lewat Aktivitas Seksual, Simak Penjelasan Dinkes Palembang

BACA JUGA: Dinkes Palembang Waspadai Penyebaran Cacar Monyet, Begini Antisipasinya

Status darurat kesehatan terhadap penyebaran cacar monyet tersebut menyusul adanya temuan wabah cacar monyet di Republik Democratic Congo.

Bahkan, pengumuman status darurat kesehatan infeksi cacar monyet tersebut untuk kedua kalinya dalam dua tahun terakhir.

Ditambah, temuan adanya dampak kesehatan bagi yang terinfeksi penyakit cacar monyet tersebut telah menyebar ke negara-negara tetangga dari Republik Democratic Congo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: