Timnas Indonesia vs Guinea: Wasit, Dramatisasi, Rasisme

Timnas Indonesia vs Guinea: Wasit, Dramatisasi, Rasisme

Abdullah Idi (Pemerhati Sepak Bola/Mantan Pemain Divisi I PS Palembang)--

 Wasit Francois Letexier yang berlatar belakang kontroversial, justeru diberi kesempatan untuk memimpin laga Indonesia vs. Guinea.

Ketiga, penunjukkan Letexier sebagai wasit utama dipandang mengagetkan banyak pihak. Letexier berasal dari Prancis yang sudah menjadi ‘negara kedua’ bagi hampir mayoritas pemain Guinea.

 Karena itu, tak heran kepemimpinannya cenderung ‘dramatis’ yang merugikan Timnas Indonesia. Wasit Letexier dengan penuh keyakinan, yakni  dengan mudah memberikan hadiah tendangan pinalti sebanyak 2 kali selama pertandingan, 1 kalinya gagal,  yang kemudian menimbulkan  protes keras dari pemain, pelatih, dan supporter.

 Pelanggaran pinalti pertama Guinea sebetulnya terjadi di luar kotak pinalti, tapi wasit malah menunjuk titik putih. Sama halnya, pelanggaran untuk tendangan penalti kedua, 

Dewangga sebenarnya mengambil bola dari pemain Guinea, tampak menyentuh bola terlebih dahulu. Tapi, apalah daya wasit punya otoritas penuh atas keputusannya kendatipun terkesan  otoriter dan tanpa kompromi sehingga Indonesia harus kebobolan 0-1 atas Guinea, hingga menit terakhir.

Keempat, pelatih, Sean Tae-young, yang sangat faham dan kompeten tentang  sepak bola yang membawa Timnas Indonesia bisa masuk empat besar  dalam AFF U-23  di Qatar, 2024, dengan mudahnya wasit Letexier memberi hukuman kartu kuning dan dilanjutkan kartu merah, dikarenakan sering protes. 

Padahal, suatu hal yang lumrah apabila seorang pelatih memiliki hak dan wewenang untuk mengajukan protes secara wajar. 

Kalaupun adanya protes keras dari Sean Tae-young terhadap wasit, lebih dikarenakan kepemimpinan wasit Letexier yang cenderung ‘dramatis’ atau ‘berat sebelah’.

BACA JUGA:Mengubur Mimpi Tampil di Olimpiade Paris, Timnas Indonesia Tumbang 1-0 atas Guinea

BACA JUGA:Mengubur Mimpi Tampil di Olimpiade Paris, Timnas Indonesia Tumbang 1-0 atas Guinea

Kelima, selama jalannya pertandingan, tampak bahwa sejumlah pemain Guinea terkesan ‘manja’ dan sering mengulur-ulur waktu. Wasit Letexier tampak kurang tegas, padahal kejadiannya berulang-ulang.

Keenam, Presiden  FIFA (Federation International de Football Association), Gianni Infantino, yang bersama Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, ikut menyaksikan laga paly off  menuju Olimpiade Paris 2024, antara Timnas Indonesia melawan Timnas Guinea U-23 di Stadion Clairefontaine, Paris, Prancis, terkesan ‘ambigu’ alias tidak tegas. 

Salah satu komentar Infantino, yakni: “saya menyaksikan mereka bermain di Clairefontaine hari ini dan saya bisa bilang tim tersebut gagal di kualifikasi bersejarah untuk Olimpiade dengan margin yang sangat tipis” (radarkuningan.com/diakses: 11/5/2024).

Ketujuh,  pengamat berpendapat, ada kepentingan terkait Guinea U-23 yang lolos ke Olimpiade, Paris 2024. Pasalnya, Guinea merupakan negara bekas jajahan Prancis dan sempat Bernama Guinea France. 

Mereka juga berbicara menggunakan Bahasa Prancis. Pengamat Sepakbola, Ronny Pangemanan tidak habis fikir bagaimana  seorang wasit Ligue 1 France bisa memimpin pertandingan seperti itu. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: