Timnas Indonesia vs Guinea: Wasit, Dramatisasi, Rasisme
Abdullah Idi (Pemerhati Sepak Bola/Mantan Pemain Divisi I PS Palembang)--
Bung Ropan—sapaan akrabnya—menduga “Francois Letexier lebih berkeinginan Guinea lolos ke Olimpiade. Dulu, Guinea ini jajahan Prancis dan diberikan kemerdekaan tahun 1958. Mereka juga menggunakan Bahasa Prancis.”
Kendatipun, dalam perkembangannya, wasit Francois Letexier kabarnya sudah minta maaf dan mengakui Keputusan salah,
Namun, permintaan maaf tersebut tidak akan mengubah hasil pertandingan. Guinea U-23 pun lolos ke Olimpiade dan menempati Grup A Bersama dengan Prancis, Amerika Serikat, dan New Zealand (radarkuningan.com/diakses: 11/5/2024).
Apabila disepakati bahwa beragam alasan diatas sebagai penyebab terjadinya degradasi kualitas laga level internasional, play off Olimpiade, antara Indonesia versus Guinea, dapat disimpulkan bahwa suatu hal wajar apabila berbagai elemen Masyarakat penggemar sepak bola di tanah air khususnya merasa kecewa berat atas jalannya pertandingan tersebut.
Adanya kekecewaan itu tentu lebih tepat disampaikan melalui media sosial, yang berisikan konten dari biasa-biasa saja hingga brutal-tidak beretika.
Seorang wasit, asisten wasit, pelatih, ofisial kedua tim seharusnya bisa bekerja sama sebagai tim-work untuk menegakkan obyektivitas jalannya pertandingan, tidak tampak kelihatan dalam pertandingan Indonesia versus Guinea.
BACA JUGA:Inilah 5 Kandidat Bakal Calon Rektor UIN Raden Fatah Palembang Periode 2024-2028, Siapa Saja?
Seperti diketahui bahwa, secara umum, seharusnya, fungsi wasit dalam pertandingan sepak bola, memiliki tugas, antara lain:
Menegakkan peraturan permainan; memimpin jalannya pertandingan dan bekerjasama dengan pelatih (ofisial) kedua tim serta dua asisten wasit yang membantunya; memastikan bola yang dipakai telah memenuhi persyaratan; memastikan perlengkapan yang dipakai pemain sudah memenuhi persyaratan; berdasarkan penilaiannya membuat keputusan untuk menghentikan, menunda dan mengakhiri pertandingan karena adanya campur tangan pihak luar dalam bentuk apapun; memberi hukuman terhadap pelanggaran yang paling berat, apabila seorang pemain pada waktu bersamaan melakukan pelanggaran lebih dari satu kali; menjalankan Tindakan disiplin terhadap pemain yang melakukan pelanggaran, baik berupa peringatan (kartu kuning) atau pengusiran dari lapangan permainan (kartu merah); dan bertindak atas saran asisten wasit mengenai insiden yang tidak dilihatnya (PSSI, 2010).
Terjadinya kericuhan dalam pertandingan sepak bola, memang tidak terlepas dari terjadinya disfungsional tugas wasit dari yang seharusnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: