Awas Menyesal! Nasihat untuk Tidak Perlu Membenci Seorang Ayah Seburuk Apa Pun Sifatnya
Ilustrasi--dok : sumsek.co
SUMEKS.CO - Membenci seorang ayah biasanya tidak terlisankan, tapi terpendam di dalam hati bagi sebagian besar orang yang mengalami kekecewaan kepada orang tuanya.
Kata “benci” yang dilemparkan kepada orang tua adalah perbuatan yang tidak lazim, identik dengan perbuatan tidak terpuji atau terlarang.
Salah satu dari sekian banyak anak yang pernah dikecewakan oleh orang tua, dalam kasus ini adalah ayah, biasanya akan membuat hubungan mereka renggang.
Apabila muncul pertanyaan soal mengapa seorang anak membenci ayahnya sendiri? Barangkali aib-aib atau kisah kelam keluarga akan terbuka, padahal membuka aib saja sudah dilarang dalam Islam.
BACA JUGA:Kisah Abu Ubaidah Bin Jarrah Masuk Islam hingga Menjadi Kepercayaan Nabi Muhammad SAW
Terlepas apa pun kesalahan yang pernah dilakukan seorang ayah, atau persoalan ayah yang tidak mampu dan tidak becus untuk menjadi seorang ayah.
Jika seorang anak menyalahkan ayahnya, bahkan sampai membenci, dikhawatirkan rezeki seorang anak tersebut akan terhambat.
Merujuk pada hadits Rasulullah SAW, Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Sungguh rugi, sungguh rugi, dan sungguh rugi! Seorang yang mendapati salah satu dari kedua orang tuanya pada usia lanjut atau kedua-duanya, namun ia tidak masuk surga (lantaran tidak berbakti kepadanya)."
Berikut akibat yang diperoleh jika durhaka kepada orang tua: Pertama salatnya tidak diterima di sisi Allah SWT, kedua dibenci oleh Allah SWT, ketiga diharamkan masuk surga, keempat segala amal perbuatannya dihapuskan, kelima dosa-dosanya tidak diampuni, keenam mendapatkan azab di dunia.
BACA JUGA:Ketahui Keutamaan dan 10 Karakteristik Perempuan Shalihah, Salah Satu Cirinya Betah di Rumah
Namun demikian, bagaimanapun seorang ayah yang pernah menyakiti hati anaknya, di balik semua hal buruk yang pernah terjadi, ada beberapa hal yang dapat dipahami agar hati tidak membenci.
Seorang anak harus belajar ikhlas, abaikan sejenak qoetes “ikuti kata hatimu”, dan lain sebagainya. Sebab, di kehidupan nyata seseorang harus berbesar hati dan belajar untuk ikhlas atas ulah perbuatan ayahnya sendiri.
Bagaimanapun, seorang ayah tetap berjasa bagi kehidupan anak-anaknya, pernah banting tulang untuk anak, dan ayah dengan anaknya adalah keluarga yang terikat oleh darah.
Tidak usah terlalu baper apabila ayah berkata kasar. Pandanglah ayah sebagai orang yang sama sekali memiliki zaman yang berbeda dengan zaman sekarang.
BACA JUGA:The First Muslimah Nurse, Kisah Sahabat Wanita yang Menjadi Perawat Pertama dalam Sejarah Islam
Mungkin saja, itulah didikan yang pernah dia terima dari ayahnya di masa lalu, itu yang dianggapnya benar tentang memperlakukan seorang anak, jadi ini persoalan zaman dan kebiasaan saja.
Dengan bersandar pada pemahaman-pemahaman itu, seorang anak perlu memulai hal baru dari nol dan membuang atas rasa sakit hati yang pernah ia pendam.
Apalagi biasanya sesama manusia akan bersikap baik jika menerima satu kebaikan dari teman atau orang asing, tentu seorang anak memiliki kewajiban atas hal itu kepada ayahnya, sebab kebaikan seorang ayah tak terhitung suka atau tidak suka.
Semestinya seorang ayah adalah orang yang dapat dibagi kisah suka dan duka anaknya, seorang sosok yang membuat anaknya sadar bahwa hidup masih akan terus berlanjut.
Dengan menerima kekurangan ayah, setidaknya satu atau dua hal dapat mengurangi beban dari pundak seorang anak.
Sekali lagi, ketimbang terus menerus menyimpan rasa sakit hati kepada ayah, harusnya seorang anak berpikir bagaimana cara membahagiakan orang tuanya saja.
Apalagi seorang anak tidak selamanya menjadi anak, cepat atau lambat dia juga akan menjadi orang tua, atau seorang ayah, bagaimana jika anaknya kelak justru melakukan hal yang sama akibat dahulu seorang anak benci kepada ayahnya?
Seorang anak juga harus belajar melihat dari perspektif lain, apalagi tidak ada jaminan bagi orang yang membenci anaknya untuk mengerti bagaimana rumitnya menjadi sosok seorang ayah yang baik dan benar.
BACA JUGA:Heran Kenapa Hafalan Tak Kunjung Melekat di Kepala? Kenali Penyebab Sulitnya Menghafal Al-Quran
Akan lebih baik lagi jika seorang anak membuat mesin waktu dan mundur untuk melihat setiap inci kebaikan ayah di masa kecilnya yang pernah diperbuat atau dia korbankan.
Merenungi kebaikan bukan merundung keburukan, dengan demikian setidaknya pandangan seorang anak akan lebih baik kepada ayahnya.
Di sisi lain, jika melihat penjahat-penjahat di dunia fiksi semacam Joker sampai Donquixote Doflamingo dari one piece, Meraka jahat karena kecewa dengan dunia ini sehingga mereka mau membentuk dunia dengan cara mereka sendiri, tapi apa yang didapatkan dari hal itu selain terus menerus berbuat sesuatu yang jahat?
Pahami juga bagaimana perasaan orang-orang yang dikecewakan oleh orang yang pernah mereka sayang, hal seperti itu akan seribu kali menyakiti, itulah yang dirasakan seorang ayah jika disakiti anaknya.
BACA JUGA:Cara Agar Diberi Kelapangan Hidup dan Dilancarkan Rezeki, Ini 7 Doa yang Diajarkan Rasulullah SAW
Entah seorang anak akan hancur oleh rasa sakit, atau dia bangkit bersama rasa sakit itu. Dari semua itu, paling penting untuk dipelajari adalah: hidup di dunia ini adalah perjuangan dan menerima berbagai cobaan.
Hidup tidak pernah dengan mudah memberikan kebahagiaan, bahkan dikisahkan seorang nabi yang merupakan kekasih Allah SWT saja menerima banyak rasa sakit.
Kehidupan faktanya mengajari semua orang untuk berjuang dengan keras agar dapat mempertahankan apa yang sudah dimiliki.
Perjuangan tersebut antara lain mempertahankan ibu, adik, bahkan jika itu seorang ayah yang pernah menyakiti anaknya.
Ingatlah dengan hadits nabi berikut ini "Siapa yang berbakti kepada orang tuanya, dia akan mendapat keberuntungan dan Allah SWT akan menambah panjang umurnya.” HR Bukhari, Abu Yala, Thabrani, dan Hakim
Jika seorang anak dilahirkan di keluarga dengan ayah yang baik bersyukurlah, itu hal yang kayak untuk rayakan.
Namun apabila seorang anak dilahirkan di keluarga dengan ayah yang kurang baik, tetap bersyukurlah karena dunia yang akan menjadi ayah dan mengajarinya secara langsung, mentalnya akan jauh lebih kuat.(*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: