Mengenal Ernesto “Che” Guevara Pemimpin Revolusioner dan Gerilya Marxis yang Kontroversial

Mengenal Ernesto “Che” Guevara Pemimpin Revolusioner dan Gerilya Marxis yang Kontroversial

Ernesto “Che” Guevara--net

BACA JUGA:2 Pasukan Elit Amerika Serikat ‘Navy SEAL’ Hilang di Somalia, Trumpenstein: ‘Mereka Disana Ngapain?’

Kemudian yang kedua pada tahun 1951-1952, melakukan perjalanan sejauh 8.000 mil, delapan bulan melintasi sebagian besar Amerika Selatan dan utara ke Miami.

Perjalanan kedua dilakukan bersama temannya Alberto Granado yang pada perjalanan itu Guevara menyaksikan kemiskinan dan ketidakadilan yang ekstrem. 

Perjalanan itu jelas memicu minatnya yang semakin besar terhadap komunisme dan kebencian terhadap kapitalisme.

Cha Guevara semakin yakin bahwa solusi hanya dapat dicapai melalui revolusi dengan kekerasan. 

BACA JUGA:Ratusan Tentara ‘Terlalu Muda’ Amerika Mendarat di Israel, Netizen Heran Mereka Berjuang untuk Siapa?

Guevara kembali bersekolah dan lulus dengan gelar kedokteran pada tahun 1953, lantas setelahnya segera melakukan perjalanan lagi keliling Amerika Latin dan akhirnya ke Guatemala

Di Guatemala Guevara bergabung dalam upaya bersenjata yang gagal untuk mempertahankan penggulingan kepresidenan reformis sayap kiri Jacobo Arbenz yang didukung CIA. 

Pengalaman itu memperkuat komitmennya terhadap Marxisme, sekaligus kebenciannya terhadap Amerika Serikat.

Revolusi Kuba dan Fidel Castro

BACA JUGA:Putra Kenan Sofuoglu Bikin Geger Media, Bisa Kemudikan Supercar Layaknya Pembalap

Setelah konflik Guatemala, Guevara melarikan diri ke Mexico City yang di mana ia menikah dengan Hilda Gaeda.

Sampai pada tahun 1955, Guevara bertemu dengan pemimpin pemberontak Fidel dan Raul Castro, yang merencanakan revolusi bersenjata untuk menggulingkan pemerintahan diktator Kuba dari cengkraman Fulgencio Batista. 

Guevara berkata “Sebenarnya, setelah pengalaman yang saya alami saat berjalan-jalan di seluruh Amerika Latin dan penyelesaian akhir di Guatemala, tidak sulit untuk mengajak saya bergabung dalam revolusi apa pun melawan seorang tiran, namun Fidel membuat saya terkesan sebagai orang yang luar biasa … saya berbagi optimismenya. Ada banyak hal yang harus dilakukan, diperjuangkan, direncanakan. Kami harus berhenti menangis dan mulai berkelahi."

Setelah itu dinamika antara Castro dan Guevara terjalin sangat intens. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: