Integrasi Budaya Lokal dalam Pembelajaran Melalui Pendekatan Etnopedagogik Berbasis ICT

 Integrasi Budaya Lokal dalam Pembelajaran Melalui Pendekatan Etnopedagogik Berbasis ICT

Dr Erna Retna Safitri MPd--dok : sumeks.co

SECARA UMUM kita memahami kebudayaan sebagai segenap hasil karya, rasa, dan cipta manusia, kemudian termanifestasi dalam bentuk teknologi dan kebudayaan kebendaan (material culture) maupun non kebendaan (imaterial culture). 

Sedangkan jika mengutip pendapat bapak Antropologi Indonesia, Koentjraningrat, beliau mendefinisikan kebudayaan sebagai segala sistem gagasan, aktivitas dan hasil karya manusia untuk diri dan masyarakat dalam sebuah kehidupan. 

Budaya atau kebudayaan penting dalam membantu manusia memenuhi berbagai kebutuhan dan kenyamanan dalam kehidupannya. 

Peradaban dan kemajuan suatu bangsa juga seringkali dilihat dari sisi kebudayaan. Sebagaimana kita memandang kehebatan bangsa Mesir dari piramidanya, suku maya dari peninggalan budayanya, Candi Borobudur yang menggambarkan kehebatan peradaban bangsa Indonesia di masa lampau serta banyak lagi contoh-contoh lainnya. 

Seperti halnya berbagai daerah yang ada di Indonesia, Sumatera Selatan juga  memiliki hasil budaya yang popular dan sangat beragam. 

Sebut saja mulai dari karya seni arsitektur seperti Rumah Limas. Hingga saat ini  masih bisa kita temukan sebagai rumah hunian di daerah Palembang. 

Rumah Limas Palembang telah diakui sebagai Rumah Adat Tradisional Sumatera Selatan. Ada juga seni tari yang terkenal diantaranya Tari Gending Sriwijaya, Tari Mejeng Basuko, Tari Tanggai, Tari Rodat dan masih banyak yang lainnya. 

Selain itu juga sebenarnya masih banyak kebudayaan yang ada di Sumatera Selatan yang tidak hanya indah dilihat tetapi juga sarat makna dan merepresentasikan nilai-nilai luhur yang dianut masyarakat.

Oleh sebab itu, melestarikan kebudayaan sesungguhnya adalah upaya mentransfer nilai budaya dari sebuah generasi ke generasi berikutnya. Ini tentu penting dilakukan agar generasi mendatang memiliki identitas yang sesuai dengan bangsanya. 

Miris sesungguhnya menyaksikan anak-anak muda kita lebih mengenal tarian-tarian kontemporer dari luar yang entah apa makna dan filosofinya. 

Sebaliknya mereka begitu gagap ketika berurusan dengan budaya bangsanya sendiri. Tentu pekerjaan rumah yang tidak mudah bagi semua pihak untuk berbagi peran agar krisis identitas atau mungkin krisis karakter ini bisa teratasi.

Dunia Pendidikan sesungguhnya memiliki peran untuk berkontribusi dalam hal ini. Lembaga Pendidikan dapat menjadi wadah untuk memfasilitasi upaya pelestarian dan pewarisan budaya kepada generasi berikutnya. 

Adapun manifestasi upaya pelestarian budaya yang dimaksud bisa berupa penggunaan bahasa daerah, tarian daerah, nilai dan norma berbasis kearifan lokal untuk mendukung proses pendidikan dan pembelajaran

Bagaimana bahasa daerah dimasukan ke dalam kurikulum berbasis muatan lokal, bagaimana tarian tradisional menjadi bagian dari pembelajaran seni budaya dan bagaimana nilai-nilai filosofis yang ada dalam berbagai hasil budaya juga dimunculkan sebagai bagian tak terpisahkan dari pendidikan karakter.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: