Agar Tak Celaka, Ketahui Jenis dan Cara Menyalakan Kembang Api
Bupati, Wakil Bupati, Sekda Kaur Bengkulu Selatan saat menyalakan kembang api tahun baru. --
Indah dan gemerlapnya pesta kembang api ternyata menghasilkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Euforia dan kemeriahan sesaat yang dinikmati oleh manusia ternyata dapat membahayakan penghuni bumi lainnya (hewan dan tumbuhan).
Partikel halus PM 2.5 & PM10
Kembang api terbuat dari campuran berbagai bahan kimia yang memerlukan oksigen untuk berpendar.
Saat kembang api mengeluarkan cahaya, kembang api mengeluarkan ribuan ton partikel halus.
Ukurannya sangat kecil dengan diameter kurang dari 10 micron yang tidak dapat terlihat dengan mata manusia.
Debu patikel halus atau PM (Particulate Matter) ini berbahaya bagi kesehatan manusia, lingkungan, dan hewan lainnya.
Sebuah studi di Amerika serikat yang mengamati 300 titik di Amerika Serikat saat perayaan 4 Juli menyatakan, bahwa persentase partikel polutan meningkat tajam sebanyak 42 persen. Khususnya setiap perayaan di hari kemerdekaan Amerika Serikat ini.
Hari ini identik dengan pesta kembang api yang memang menjadi inti perayaan. Studi lain di Belanda menyatakan konsetrasi partikel PM10 meningkat hingga 8 kali lipat saat perayaan tahun baru.
Penelitian lain mengukur konsentrasi partikel PM10 saat perayaan diwali serta konsentrasi logam.
Seperti kadmium, kobalt, besi, seng, nikel dan ion seperti kalsium, amonium, natrium, kalium, klorida, nitrat, dan sulfat yang terkandung di PM10 selama 10 hari selama Diwali.
Para peneliti mengamati bahwa konsentrasi PM10 81% saat diwali lebih tinggi daripada saat waktu lain.
Particulate matter 2.5 DAN pm 10 ini sangat kecil sehingga bisa menyumbat dan mengganggu proses pernafasan kita.
WHO sendiri menunjukkan bahwa PM berkontribusi dalam 6.7% kasus kematian pada tahun 2012 atau sebesar 3,7 juta jiwa.
Kasus tersebut berhubungan dengan kanker paru-paru, kardiovaskular, serta chronic obstructive pulmonary disease (COPD).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: