Silaturahmi ke Aster Kasad, Pengurus Pusat LDII Bahas Permasalahan Ketahanan Pangan hingga Bela Negara
Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso saat bersilaturahmi ke Aster Kasad, Mayor Jenderal TNI Karmin Suharna. Foto : dokumen/sumeks.co--
JAKARTA, SUMEKS.CO - Pengurus Pusat Lembaga Dakwah Islam Indonesia (PP LDII) bersilaturrahim dengan Asisten Teritorial Kepala Staf Angkatan Darat (Aster Kasad) Mayor Jenderal TNI Karmin Suharna.
Dalam pertemuan itu, DPP LDII dan TNI AD menemukan titik temu dalam kerja sama ketahanan pangan dan bela negara.
Pertemuan itu berlangsung di Markas Besar TNI AD, Gambir, Jakarta, pada Jumat, 14 Oktober 2022.
Dalam pertemuan itu, Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso, didampingi oleh Ketua DPP LDII Prof Singgih Tri Sulistyono, Ketua DPP LDII Prof Rubiyo, Ketua Departemen PKD KH Aceng Karimullah dan Sekretaris Rioberto Sidauruk.
BACA JUGA:Pilkades Desa Kasih Raja, Suara Leni Ambaryati Menang Telak di 3 TPS
Mengawali pertemuan itu, DPP LDII menayangkan video delapan Bidang Pengabdian DPP LDII untuk Bangsa.
Isinya terkait kontribusi LDII di Bidang Kebangsaan, Keagamaan, Pendidikan, Kesehatan Alami, Teknologi Digital, Ekonomi Syariah, Ketahanan Pangan dan Lingkungan Hidup dan Energi Baru Terbarukan.
Mayjen TNI Karmin Suharna mengapresiasi pencapaian LDII. Menurutnya, LDII sangat peduli dengan NKRI.
Ia bercerita, ketika Reformasi 1998 terjadi, ada sendi-sendi utama demokrasi yang harusnya dipertahankan, justru malah disingkirkan. Demokrasi seharusnya tidak lepas dari nilai-nilai Pancasila dan bertanggungjawab.
BACA JUGA:Irjen Teddy Minahasa Edarkan Sabu di Kampung Bahari, Terancam Hukuman Mati
“Tapi pada kenyataannya, kita bisa melihat sendiri. Saya kaget ketika tahun 2014 di mana ada kelompok transnasional, yang bebas mendeklarasikan Khilafah. Pengalaman hidup membawa saya besar di daerah konflik. Saya mengerti kenapa mereka berpecah belah. Saya pernah di Timtim, Sudan, Kongo, Lebanon, Yugoslavia,” ujarnya.
Mayjen TNI Karmin Suharna menceritakaan, Yugoslavia yang multietnik pecah menjadi beberapa negara akibat kehilangan sosok pemersatu yang kuat, Josip Broz Tito. Selain itu, terdapat dorongan kekuatan eksternal membuat negeri itu pecah.
Lalu di Sudan Tengah yang beretnis Arab keturunan Afrika dan Afrika asli. Dua-duanya etnis yang menganut agama Islam, hanya saja rezim keturunan arab lebih mengutamakan golongannya dan memarginalkan yang lain.
Akibatnya, terjadilah konflik. Indonesia harus bersyukur karena punya Pancasila yang menyatukan rakyat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: