Ada Penculikan, Peristiwa Penting sebelum Dibacakan Teks Proklamasi Kemerdekaan

Ada Penculikan, Peristiwa Penting sebelum Dibacakan Teks Proklamasi Kemerdekaan

--

Sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, terjadi beberapa peristiwa yang tidak kalah penting.  

1 Maret 1945 : Pembentukan BPUPKI

September 1944, Perdana Menteri Jepang, PM Koiso sudah pernah mengeluarkan janji kemerdekaan untuk Indonesia. PM Koiso mengeluarkan janji tersebut agar rakyat Indonesia tidak melakukan perlawanan kepada Jepang. PM Koisi kemudian membuktikan janjinya dengan memperbolehkan bangsa Indonesia mengibarkan bendera merah putih di kantor-kantor pemerintah. Namun, tentu saja dengan syarat, bendera merah putih tetap harus dikibarkan berdampingan dengan bendera Jepang.

Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Dalam  bahasa Jepangnya Dokuritsu Junbi Cosakai. BPUPKI ketuanya Dr. Radjiman Wedyodiningrat.

BPUPKI melakukan sidang sebanyak dua kali. Sidang pertama dilakukan pada tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945. Sidang pertama ini menghasilkan rumusan dasar negara Indonesia atau Pancasila yang dikemukakan oleh Soekarno, Mohammad Yamin, dan Soepomo. Oleh karena itulah setiap tanggal 1 Juni kita memperingati hari lahirnya Pancasila.

BPUPKI pada tanggal 22 Juni 1945 membentuk Panitia Kecil dengan anggota sebanyak sembilan orang, yang disebut juga sebagai Panitia Sembilan. Tugasnya, mematangkan konsep Pancasila yang sudah dirancang pada sidang pertama BPUPKI

Hasilnya kita kenal sekarang dengan Piagam Jakarta atau Jakarta Charter. Dari BPUPKI ini juga lahirlah rumusan Undang-Undang Dasar lengkap dengan pembukaannya (preambule). 

 

6 dan 9 Agustus 1945 : Hiroshima dan Nagasaki di Bom Atom oleh Sekutu

Jepang runtuh. Kalah akibat sekutu menjatuhkan bom atom di Hirosima. Bom atom kedua pada 9 Agustus dijatuhkan Sekutu di atas Nagasaki. Kaisar Jepang, Hirohito menyerah dan menghentikan peperangan di atas kapal kapal perang Amerika USS Missouri yang sedang berlabuh di Teluk Tokyo

Amir Syarifuddin dan Sutan Sjahrir berpendapat kalau kekalahan Jepang jadi kesempatan besar Indonesia untuk mempercepat kemerdekaannya. Sjahrir, sebagai perwakilan golongan muda, langsung menemui Soekarno dan Mohammad Hatta mendesak segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. 

Kala itu, Soekarno dan Hatta sempat menolak.  Karena mereka ingin mengecek kebenaran informasi kekalahan Jepang terlebih dahulu.  Selain itu, mereka berpendapat kalau proklamasi kemerdekaan Indonesia harus dibicarakan dulu dengan PPKI

 

7 Agustus 1945 : Pembentukan PPKI

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: