Merawat Pesan Puyang di Semende dalam Film Dokumenter Mother Earth dan Pameran Foto Badah Puyang

Merawat Ingatan dan Pesan Puyang di Semende dalam Film Dokumenter “Mother Earth” dan Pameran Foto “Badah Puyang”--
Muhammad Tohir, sutradara Mother Earth mengatakan, film ini berusaha menggambarkan bagaimana semua sistem adat di Semende, termasuk Tunggu Tubang, bermuara pada ketahanan pangan yang telah eksis selama ratusan tahun.
“Dan kami yakin, ikatan masyarakat Semende dengan sistem ini sudah sangat mendalam. Bahkan ada yang didatangi (melalui mimpi) oleh Puyang mereka, ketika salah satu Tunggu Tubang tidak merawat pusaka keluarga, termasuk sawah. Inilah yang coba kami ceritakan melalui film tersebut,” kata Tohir.
Selain itu, film tersebut juga memperlihatan bagaimana sistem adat ini sangat adaptif dengan kemajuan zaman. Pendidikan bagi sosok Tunggu Tubang sangat penting, dan menjadi hal prinsip bagi keluarga-keluarga di Semende.
Padahal, dulunya, menurut Tohir, berdasarkan wawancara dengan tetua adat di Semende, Tunggu Tubang dulunya benar-benar tidak diperbolehkan untuk meninggalkan dusun. Tapi sekarang, semuanya berubah.
BACA JUGA:Lestarikan Budaya Palembang, Pusri Palembang Gelar Lomba Syarofal Anam Kampung Sehati
“Mereka para tetua adat menganggap, sosok Tunggu Tubang harus melanjutkan sekolah setinggi-tingginya. Tunggu Tubang harus cerdas dan pintar, agar bisa mengelola pusaka keluarga secara adil dan bijak,” lanjut Tohir.
Di sela diskusi, muncul pertanyaan dari seratusan peserta yang hadir. Mengapa Tunggu Tubang itu harus perempuan?
Eliana menjawab. “Sosok ibu atau perempuan memang punya kemampuan untuk bisa merawat dan memanajemen semua tugas adat seperti mengelola, rumah, sawah, dan lainnya. Layaknya seorang ibu yang melakukan tugas sehari-hari saat merawat sebuah keluarga dan anak-anaknya,” katanya.
Dian Maulina, peneliti isu perempuan sekaligus pengajar di UIN Raden Fatah Palembang menambahkan, salah satu alasan mengapa perempuan yang dipilih sebagai Tunggu Tubang adalah peran krusial perempuan dalam menjaga keberlanjutan sebuah peradaban.
BACA JUGA:Tiga Cagar Budaya Terancam Punah Jadi Pemicu Aksi AMP Cagar Budaya Palembang
BACA JUGA:Agenda Agustusan: Gelar Festival Kesenian Islam 2025 Promosikan Seni dan Budaya Palembang
“Sebuah peradaban tidak akan berkembang tanpa perempuan, karena merekalah yang melahirkan dan mendidik generas-generasi penerus. Dalam konteks Tunggu Tubang, para ibu punya jasa besar dalam melahirkan dan mendidik generasi Tunggu Tubang yang berkualitas,” katanya.
Adat masyarakat Semende juga sangat kental dengan pengaruh Islam. Dalam ajaran Islam, frasa "Ibumu, ibumu, ibumu, lalu ayahmu" adalah sebuah hadis Nabi Muhammad SAW yang menegaskan kedudukan ibu yang lebih utama dalam hal penghormatan dan kebaikan karena pengorbanan ibu dalam mengandung, melahirkan, dan menyusui, yang tidak dialami oleh ayah.
Menyerahkan pusaka keluarga kepada anak perempuan, kata Dian, dikarenakan perempuan dalam pandangan masyarakat Semende memiliki jiwa seperti Bumi. “Dia selalu melindungi dan menjaga apa yang dilahirkan atau diberikan Tuhan,” katanya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: