Aplikasi Kapur dan Pupuk pada Budidaya Ikan Sistem Akuaponik
Kegiatan difusi teknologi aplikasi pemberian kapur alternatif dan POC Azolla sp. dilakukan oleh tim pengabdian dengan ketua tim Dr. Dade Jubaedah, S.Pi., M.Si, tiga anggota tim (Yulisman, S.Pi, M.Si; Danang Yonarta, S.St.Pi., M.P., dan Ardhana Reswari Uta-foto:doksumeksco-
PALEMBANG, SUMEKS.CO -Budidaya ikan di lahan Sekolah Tahfiz Plus Khoiru Ummah (STPKU) Palembang merupakan program sekolah yang ditujukan untuk guru, tenaga pendidik dan orang tua atau masyarakat di sekitar sekolah. Saat ini, pihak sekolah, orang tua murid, dan masyarakat di sekitar STPKU melakukan usaha Budidaya ikan di dalam kolam terpal.
Sekolah ini terletak di Kecamatan Sematang Borang yang berdasarkan rilis data dari Badan Pusat Statistik Palembang “Kota Palembang dalam Angka tahun 2023”, merupakan kecamatan dengan urutan kedua tertinggi produksi perikanan budidaya di Kota Palembang. Volume produksi perikanan budidaya mencapai 6.542.646 ton dengan nilai produksi sebesar Rp. 157.023.504.

Kegiatan difusi teknologi aplikasi pemberian kapur alternatif dan POC Azolla sp. dilakukan oleh tim pengabdian.-foto:doksumeksco-
Secara geografis, kecamatan Sematang Borang berupa dataran rendah dengan sistem kanal dan rawa, sehingga kendala yang dihadapi adalah rendahnya pH air (<4) yang akan digunakan sebagai sumber air untuk budidaya ikan. Hal ini yang mendorong perlunya difusi teknologi pengapuran sebagai solusi untuk meningkatkan pH air media budidaya.
Di sisi lain, rendahnya pH juga berdampak pada rendahnya kesuburan air, sehingga selain pemberian kapur, diperlukan pemberian pupuk terutama pupuk organik cair.
BACA JUGA:Tim Pengabdian FISIP Unsri Gelar Pelatihan Produksi Konten Media Sosial pada Pengrajin Tenun Songket
BACA JUGA:Lewat Wisuda ke-180 Unsri, Pemprov Sumsel Perkuat Kolaborasi dengan Dunia Perguruan Tinggi
Untuk itu, Universitas Sriwijaya yang dalam hal ini tim pengabdian kepada masyarakat dari Program Studi Budidaya Perairan memberikan solusi aplikasi pengapuran dan pemupukan menggunakan kapur alternatif cangkang keong mas dan pupuk organik cair (POC) Azolla sp. Teknologi ini telah diteliti dan terbukti pada skala laboratorium lapang dan diharapkan dapat diadopsi oleh masyarakat.
Kegiatan difusi teknologi aplikasi pemberian kapur alternatif dan POC Azolla sp. dilakukan oleh tim pengabdian dengan ketua tim Dr. Dade Jubaedah, S.Pi., M.Si, tiga anggota tim (Yulisman, S.Pi, M.Si; Danang Yonarta, S.St.Pi., M.P., dan Ardhana Reswari Utami, S.Si., M.Si.) serta 5 mahasiswa yang satu diantaranya melaksanakan kegiatan praktek lapang pada usaha budidaya ikan di lahan STPKU Palembang.
Kegiatan yang dilakukan meliputi penyuluhan dan peragaan pembuatan kapur dan POC serta teknik aplikasinya (dosis, frekuensi pemberian dan cara pemberian), diikuti dengan demplot budidaya ikan menggunakan kolam terpal.
Pengapuran merupakan upaya untuk meningkatkan pH air atau untuk mengurangi tingkat keasaman air. Jenis kapur yang selama ini digunakan oleh masyarakat antara lain kapur dolomit dan tohor. Selain murah, kapur ini efektif untuk meningkatkan pH air.
BACA JUGA:Kejati Sumsel Naikkan Status Dugaan Korupsi KUR Bank di Muara Enim Rp12,2 Miliar ke Tahap Penyidikan
Namun, kedua jenis kapur tersebut berasal dari batuan kapur yang merupakan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui, sehingga ketersediaannya menjadi terbatas. Oleh sebab itu, tim peneliti Universitas Sriwijaya mengembangkan kapur alternatif dari berbagai bahan antara lain cangkang keong mas. Pemanfaatan cangkang keong mas terutama karena cangkang keong mas mengandung bahan kapur CaCO3, yang selanjutnya setelah melalui proses kalsinasi menjadi CaO.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:





