Banner Pemprov
Pemkot Baru

Aplikasi Kapur dan Pupuk pada Budidaya Ikan Sistem Akuaponik

Aplikasi Kapur dan Pupuk pada Budidaya Ikan Sistem Akuaponik

Kegiatan difusi teknologi aplikasi pemberian kapur alternatif dan POC Azolla sp. dilakukan oleh tim pengabdian dengan ketua tim Dr. Dade Jubaedah, S.Pi., M.Si, tiga anggota tim (Yulisman, S.Pi, M.Si; Danang Yonarta, S.St.Pi., M.P., dan Ardhana Reswari Uta-foto:doksumeksco-

Hasil penelitian menunjukkan keong mas yang dikalsinasi pada suhu 900o selama 3 jam mengandung CaO 72,80%; MgO 0,018% dan P2O5 sebesar 0,016%. Disisi lain, keong mas merupakan hama pertanian yang merugikan petani, sehingga pemanfaatannya menjadi solusi untuk mengurangi hama pertanian.

Setelah dilakukan pemberian kapur, langkah selanjutnya yaitu pemberian pupuk. Jenis pupuk yang dapat digunakan selain pupuk komersial, juga dapat digunakan pupuk organik cair (POC) dari bahan baku lokal di perairan rawa antara lain tanaman air Azolla sp. Pembuatan POC Azolla sp. ini relatif mudah dengan bahan-bahan yang mudah diperoleh antara lain gula merah dan probiotik komersial. Dengan demikian diharapkan masyarakat dapat membuat secara mandiri.  POC Azolla sp. mengandung nitrogen 0,020%, fosfor 0,008%, kalium 0,060% dan karbon-organik 0,34%.

Usaha budidaya ikan secara monokultur telah berjalan pada usaha perikanan di sekolah ini. Pengembangan budidaya terpadu (integrated farming) perikanan dengan pertanian melalui sistem akuaponik potensial untuk dikembangkan terutama dalam mendukung ketahanan pangan berkelanjutan. sistem akuaponik memiliki keuntungan secara teknis dan ekologis.

Secara teknis, memungkinkan pembudidaya ikan memanfaatkan lahan untuk usaha perikanan dan pertanian sekaligus. Hal ini yang menyebabkan sistem ini dianggap lebih efisien dalam pemanfaatan lahan dibandingkan sistem budidaya tunggal atau monokultur. Sedangkan secara ekologis, sistem ini ramah lingkungan karena adanya integrasi dengan tanaman memungkinkan dekomposisi feses, sisa metabolisme dan pakan yang tidak termakan oleh ikan akan menghasilkan unsur hara sebagai nutrien untuk tanaman.

Panen ikan dan tanaman menjadi nilai tambah tidak hanya secara ekonomis, namun terkait dengan pemenuhan kebutuhan protein hewani dan nabati secara seimbang. Sistem budidaya ikan dan tanaman dikenal dengan sistem akuaponik, satu diantaranya adalah sistem akuaponik terapung (floating raft system). Sistem ini relatif sederhana terutama karena tanaman diletakkan di bagian permukaan kolam sehingga tidak diperlukan pompa untuk mensirkulasikan air dari kolam. 


Kegiatan difusi teknologi aplikasi pemberian kapur alternatif dan POC Azolla sp. dilakukan oleh tim pengabdian Universitas Sriwijaya.-foto:doksumeksco-

Menurut penjelasan ketua tim pengabdian, kunci efektivitas dan efisiensi kapur dan POC adalah pemahaman mengenai jenis, dosis, frekuensi pemberian dan manajemen pemberiannya.

Pada usaha budidaya akuaponik, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah: 1) Persiapan wadah, alat dan bahan. Pada tahap ini, dilakukan persiapan kolam terpal, benih ikan, pakan, dan sarana prasarana produksi lainnya. 2) Cangkang keong mas dikalsinasi hingga diperoleh kapur cangkang keong mas siap pakai, 3) Azolla sp. yang diperoleh dari hasil kultur dan atau diperoleh dari perairan rawa dicampurkan dengan gula merah dan probiotik komersial, lalu difermentasi hingga diperoleh POC Azolla sp. siap pakai, 4)  Penyemaian bibit tanaman selada sampai siap tanam, 5) Adaptasi benih ikan, 6) Pengapuran dilakukan pada saat kolam sudah diisi air, dan setelah diinkubasi atau didiamkan selama 3 hari, 7) Pemupukan dengan menggunakan POC Azolla sp. 8) Penebaran ikan, 9) Pemeliharaan ikan, meliputi pemberian pakan dan pengukuran kualitas air, 10) Pemanenan tanaman dan ikan. Kegiatan ini diharapkan dapat menghasilkan panen ikan dan tanaman sehingga dapat memberi nilai tambah serta penggunaan lahan yang lebih efisien. (*)

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait