Meski begitu, ia tidak menutup mata terhadap sejumlah tantangan, mulai dari luasnya wilayah kerja, potensi tumpang tindih dengan lahan industri, hingga isu sosial di kawasan padat penduduk.
"Kami akan mengedepankan sosialisasi, koordinasi, dan pendekatan persuasif agar semua pihak dapat memahami tujuan positif dari kegiatan ini," tegasnya.
Dukungan juga datang dari Kementerian ESDM RI. Staf Khusus Menteri ESDM sekaligus Ketua Satgas Lifting Nasional, Nanang Abdul Manaf, menyampaikan optimisme bahwa Lampung ke depan bukan hanya dikenal sebagai lumbung perkebunan, tetapi juga sebagai penghasil energi.
"Harapan kita, Lampung akan berdiri sejajar dengan daerah penghasil migas lain di Indonesia," katanya.
Sementara itu, Gubernur Lampung, Rahmat Mirzani Djausal, menyambut baik rencana tersebut. Ia menilai survei seismik Gerbera merupakan peluang emas untuk menjadikan Lampung sebagai lumbung energi nasional.
"Kegiatan ini bisa menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi daerah, menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan DBH Migas, serta memberikan peluang Participating Interest (PI) 10% yang bisa memperkuat fiskal daerah," ungkapnya.
Mirza menekankan pentingnya kolaborasi semua pihak, mulai dari pemerintah daerah, aparat keamanan, hingga 14 badan usaha yang wilayahnya akan dilintasi survei.
"Sinergi ini penting agar Lampung sebagai lumbung energi tidak hanya sekadar wacana, tapi benar-benar terwujud. Keberhasilan kita akan menjadi warisan berharga untuk anak cucu di masa depan," pungkasnya.
Dengan dimulainya survei seismik 2D Gerbera, Lampung kini berada di jalur strategis menuju transformasi energi.
Jika potensi migas terbukti, bukan tidak mungkin provinsi di ujung selatan Sumatera ini akan menjadi salah satu penopang ketahanan energi nasional di masa depan.