Termasuk layanan makanan siap saji (ready to eat atau RTE) serta menu bercita rasa nusantara yang disesuaikan dengan selera jemaah Indonesia.
''Tahun ini, jemaah haji Indonesia mendapatkan total 127 kali layanan makan''
Ini terdiri atas 84 kali makan di Makkah, 27 kali di Madinah, dan 15 kali makan serta satu kali snack berat selama masa puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina.
BACA JUGA:Pulang Haji, Jemaah Kloter 16 Asal Muara Enim dan Palembang Tiba di Tanah Air
BACA JUGA:Jemaah Haji Fokus di Madinah, KJT 28 Resmi Tutup Layanan di Makkah
Kemudian, layanan akomodasi dan transportasi juga tetap pada standar tinggi.
“Efisiensi dilakukan tanpa mengorbankan kenyamanan. Beberapa layanan bahkan mengalami peningkatan,” imbuh Hilman.
Presiden Terpilih Prabowo Subianto diketahui memberikan perhatian khusus terhadap efisiensi ini. Ia menekankan pentingnya menjaga agar biaya haji terjangkau, namun tetap mengedepankan mutu layanan bagi seluruh jemaah.
3. Skema Multi Syarikah: Diversifikasi Layanan yang Apresiatif
Tahun ini diterapkannya skema multi syarikah untuk layanan jemaah di Arab Saudi. Indonesia menggandeng delapan syarikah tahun ini: Al Bait Al Guest, Rakeen Mashariq, Rehlat & Manafea, Rifad, Rawaf Mina, Sana Mahsaariq, MCDC, dan Al Rifadah.
BACA JUGA:Kampung Haji Kian di Depan Mata, Menag Terbang Bersama Presiden ke Arab Saudi
BACA JUGA:Jemaah Haji Kloter 15 Tiba di Kota Palembang, 22 Wafat dan 7 Masih Dirawat di Arab Saudi
Tujuannya adalah mengakhiri ketergantungan terhadap satu penyedia layanan, yang selama ini menimbulkan risiko monopoli dan keterbatasan pilihan.
Dengan adanya multi syarikah, sistem menjadi lebih kompetitif dan memungkinkan peningkatan kualitas layanan.
Skema ini sempat memunculkan dinamika teknis di lapangan, khususnya dalam pengelolaan kloter yang terdiri dari berbagai syarikah.
Namun tantangan tersebut berhasil dimitigasi secara efektif melalui sistem koordinasi terpadu antara Pemerintah Indonesia dan Arab Saudi.