Di sisi lain, hujan deras di musim kemarau juga meningkatkan risiko banjir lokal dan tanah longsor, khususnya di kawasan dengan kontur tanah labil dan sistem drainase yang belum memadai.
Cuaca terik disiang hari di Kota Palembang bulan karena kemarau, diprediksi kemarau di Palembang pada Juni 2025--
Menyikapi kondisi cuaca yang tidak menentu ini, BMKG mengimbau masyarakat untuk lebih waspada dan mengambil langkah antisipatif.
Salah satu anjuran utama adalah selalu mempersiapkan pelindung dari cuaca seperti payung, topi, atau tabir surya ketika beraktivitas di luar ruangan.
Masyarakat juga disarankan untuk menjaga kesehatan dengan memastikan tubuh tetap terhidrasi.
Perubahan cuaca yang ekstrem ini bisa memicu hujan lebat disertai angin kencang dan petir. Oleh karena itu, hindari berada di ruang terbuka atau dekat pohon besar saat terjadi badai petir.
Tak hanya itu, masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir dan longsor juga diingatkan untuk menyiapkan langkah mitigasi, seperti membersihkan saluran air, membuat tanggul sementara, serta selalu memantau informasi prakiraan cuaca dari BMKG.
BMKG juga memprediksi bahwa setelah kemarau basah ini berakhir pada Agustus 2025, Indonesia akan memasuki masa transisi atau pancaroba pada periode September hingga November.
Selanjutnya, musim hujan reguler diperkirakan akan kembali hadir pada Desember 2025 hingga Februari 2026.
Dengan potensi dampak yang cukup luas, BMKG menekankan pentingnya kesiapsiagaan publik.
Dinamika cuaca yang tidak menentu akibat perubahan iklim global harus dihadapi dengan penyesuaian kebiasaan serta peningkatan kewaspadaan, baik oleh pemerintah maupun masyarakat luas.
"Dengan informasi yang akurat dan langkah mitigasi yang tepat, kita bisa mengurangi dampak buruk dari fenomena kemarau basah ini," tutup Guswanto.