Anomali Kemarau Basah Melanda Indonesia, Hujan Masih Turun di Musim Kering hingga Agustus 2025

Sabtu 17-05-2025,16:11 WIB
Reporter : Fadly
Editor : Edward Desmamora

SUMEKS.CO - Fenomena cuaca tak biasa tengah melanda berbagai wilayah di Indonesia. Alih-alih mengalami musim kering, sejumlah daerah justru diguyur hujan deras meskipun secara kalender telah memasuki musim kemarau. 

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut kondisi ini sebagai kemarau basah, sebuah anomali iklim yang diperkirakan akan berlangsung hingga Agustus 2025.

Dikutip dari berbagai sumber Sabtu 17 Mei 2025 Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan bahwa fenomena ini merupakan hal yang tidak lazim dan dipengaruhi oleh sejumlah faktor atmosfer global yang membuat pola cuaca menjadi tak menentu.

"Kemarau basah adalah fenomena tidak biasa, disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perubahan iklim serta pola cuaca yang tidak stabil,” ujar Guswanto.

BACA JUGA:Prediksi Cuaca BMKG, Waspadai Cuaca Ekstrem di Palembang Akhir Pekan Ini

BACA JUGA:El Nina Modoki Dituding Sebabkan Kemarau Basah di Indonesia, Yuk, Kenali Tanda-Tandanya

BMKG mencatat bahwa kemarau basah tahun ini dipicu oleh beberapa faktor utama, di antaranya adalah sirkulasi siklonik di perairan sekitar Indonesia, fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO), serta keberadaan gelombang atmosfer tropis seperti gelombang Kelvin dan Rossby ekuatorial.

Gabungan dari fenomena-fenomena ini meningkatkan pembentukan awan hujan dan kelembapan udara, meskipun Indonesia seharusnya sedang berada dalam fase kering.


Potensi La Nina Modoki menghantaui wilayah Indonesia, yang dapat menimbulkan Kemarau Basah.-Foto:twitter-

"Akibat kondisi ini, hujan tetap terjadi dengan intensitas cukup tinggi di beberapa wilayah, padahal secara normal curah hujan seharusnya sangat minim pada periode Mei hingga Agustus," lanjut Guswanto.

Wilayah yang biasanya mengalami musim kemarau kering seperti Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara menjadi kawasan paling terdampak oleh kemarau basah.

Di daerah-daerah ini, hujan yang turun secara berkala dapat menimbulkan berbagai gangguan, baik bagi kehidupan sehari-hari masyarakat maupun sektor-sektor vital seperti pertanian dan infrastruktur.

Misalnya, di sektor pertanian, pola tanam dan panen yang sudah direncanakan berpotensi terganggu akibat ketidakpastian cuaca.

BACA JUGA:Sumsel Diprediksi Kemarau Basah, Tak Ada Kekeringan Ekstrim

Tanaman yang memerlukan sinar matahari dan kondisi tanah kering bisa rusak jika terpapar hujan terus-menerus.

Kategori :