Apalagi jika konten tersebut tidak berkaitan langsung dengan minat personal meningkatkan risiko burnout psikologis hingga 2,4 kali lipat pada kelompok usia 16–24 tahun.
Penyebab lainnya adalah kurangnya exposure terhadap aktivitas fisik ringan.
BACA JUGA:Siap-siap Meledak! POCO F7 Pro Rilis Global Perkenalkan Snapdragon 8 Gen 3, Baterai 6000mAh
Gen Z yang terbiasa bekerja, belajar, dan bersosialisasi secara digital kini kehilangan kebiasaan bergerak.
Bahkan jalan kaki keliling rumah pun menjadi aktivitas langka.
Tanpa disadari, tubuh yang kurang gerak menghasilkan hormon stres lebih tinggi, dan secara langsung menekan produksi endorfin hormon yang berperan penting dalam menjaga mood tetap stabil.
BACA JUGA:Setelah Terkena Diabetes, Ini Pola Hidup Sehat yang Wajib Diterapkan
BACA JUGA:Plant-Based Diet: Gaya Hidup Sehat Gen Z yang Lagi Naik Daun, Berikut Contoh Menu Harian
Tak hanya itu, ritme tidur yang berantakan juga jadi biang kerok paling umum.
Banyak Gen Z yang tidur di atas jam dua pagi karena terlalu larut bermain game, streaming, atau stalking akun random.
Masalahnya bukan hanya soal waktu tidur yang kurang, tapi juga kualitas tidur yang menurun.
Tubuh tidak mendapatkan pemulihan penuh, sementara otak terus bekerja keras sejak bangun tidur menghadapi gelombang notifikasi dan ekspektasi sosial media.
BACA JUGA:YONO: Tren Baru Gen Z yang Mengguncang Gaya Hidup Lama, Konsep YOLO Ditinggalkan Gen Z?
BACA JUGA:Rasakan Gaya Hidup Mewah, 5 Keuntungan Eksklusif Bagi Nasabah Prioritas BRI