Hal yang lebih menarik, penyebab mood hancur juga bisa datang dari komparasi digital yang tidak sehat.
Misalnya, ketika melihat teman yang terlihat produktif dan sukses, banyak Gen Z yang langsung merasa tertinggal.
Padahal, yang terlihat hanya sebagian kecil dari realita. Komparasi ini, menurut riset Harvard Youth Psychology Review, adalah pemicu utama munculnya rasa cemas dan rendah diri di kalangan digital native.
Solusinya bukan dengan menjauh sepenuhnya dari dunia digital, tapi dengan memilah konsumsi informasi, mengatur waktu tidur secara konsisten, serta menyisipkan aktivitas ringan yang memicu dopamine alami seperti journaling, jalan pagi, atau sekadar minum kopi tanpa gadget di tangan.
BACA JUGA:Tahun Baru, Fenomena Baru 'YONO': Obrolan Hangat Gen Z Soal Gaya Hidup Minimalis
Selain itu, mengurangi ekspektasi sosial media dan lebih banyak memberi ruang untuk aktivitas yang tidak perlu divalidasi lewat like dan share, bisa jadi langkah sederhana yang berdampak besar.
Mood yang stabil bukan hasil dari satu solusi instan, tapi hasil dari perawatan diri yang konsisten dan kesadaran penuh terhadap apa yang dikonsumsi baik secara fisik maupun digital.
Saatnya mulai mengenali pola yang diam-diam merusak emosi dan membentuk ulang kebiasaan harian dengan lebih sadar dan terarah.