Jalan Tol Binjai-Langsa merupakan bagian dari proyek strategis Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS).
Dengan pengoperasian Seksi 3 (Tanjung Pura–Pangkalan Brandan), waktu tempuh dari Binjai ke Pangkalan Brandan dapat dipangkas dari 1,5 jam menjadi hanya 30 menit.
Tol Seksi Tanjung Pura–Pangkalan Brandan dan Seksi Indrapura–Kuala Tanjung, dikelola PT Hutama Marga Waskita. Rencananya, kedua seksi ini akan mulai beroperasi tanpa tarif Januari 2025.--
BACA JUGA:4 Ruas Tol Baru Difungsionalkan Jelang Liburan Nataru, Dukung Kelancaran Arus Lalu Lintas di JTTS
Ruas tol ini juga dilengkapi dengan 118 unit CCTV berteknologi tinggi, delapan unit Variable Message Sign (VMS) untuk memberikan informasi terkini kepada pengguna jalan, serta 21 gardu tol yang mendukung kelancaran transaksi.
Selain itu, tersedia dua rest area di KM 41 Jalur A dan B. Rest area ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti tenant UMKM, masjid, toilet, dan SPBU modular.
Kehadiran rest area ini diharapkan tidak hanya memberikan kenyamanan tambahan bagi pengguna jalan, tetapi juga mendukung pemberdayaan ekonomi lokal.
Mendukung Libur Natal dan Tahun Baru
Adjib menambahkan bahwa pembukaan ruas fungsional ini berperan penting dalam mendukung kelancaran mobilitas masyarakat selama libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024/2025.
“Sejak H-5 hingga H-2 Nataru, sebanyak 506.845 kendaraan tercatat melintasi seluruh ruas tol yang dikelola oleh Hutama Karya di JTTS. Angka ini menunjukkan peningkatan 27,20 persen dibandingkan dengan volume lalu lintas normal,” jelasnya.
Tol Binjai–Langsa, bersama dengan ruas tol lainnya seperti Tol Terbanggi Besar–Kayu Agung, Tol Palembang–Indralaya, dan Tol Pekanbaru–Dumai, memainkan peran strategis dalam mendukung konektivitas dan kelancaran arus kendaraan selama periode puncak liburan.
Tol Penggerak Ekonomi Wilayah
Jalan Tol Binjai–Langsa tidak hanya menjadi jalur transportasi, tetapi juga penggerak ekonomi wilayah. Kehadiran ruas tol ini memperkuat keterhubungan antara Bandara Kualanamu di Medan, kawasan wisata Brandan, dan Langsa.
Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah untuk mempercepat pengembangan jaringan transportasi yang terintegrasi guna menekan biaya logistik dan mendukung pertumbuhan ekonomi lokal.
Hardiansyah, seorang akademisi dari Universitas Sumatra Utara, menyebutkan bahwa tol ini dapat menjadi katalisator bagi pariwisata dan investasi di wilayah sekitarnya.