Beliau adalah seorang musisi, guru musik, pencipta lagu anak-anak, penyiar radio, dramawan, dan seniman batik yang sangat berjasa bagi Indonesia.
Sosok Ibu Soed dikenal sebagai tokoh musik yang menorehkan jejak sepanjang tiga zaman, yaitu masa kolonial Belanda, pendudukan Jepang, dan masa kemerdekaan Indonesia.
Saridjah lahir sebagai putri bungsu dari dua belas bersaudara.
Ayah kandungnya, Mohamad Niung, adalah seorang pelaut asal Bugis yang menetap di Sukabumi.
Kehidupannya berubah ketika ia diangkat sebagai anak oleh Prof. Dr. Mr. J.F. Kramer, seorang pejabat Belanda yang mencintai seni.
Di bawah bimbingan ayah angkatnya, Ibu Soed belajar seni musik dan suara, termasuk keterampilan bermain biola.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Hoogere Kweek School (HKS) Bandung, Ibu Soed mengabdikan diri sebagai guru musik di Hollandsch-Inlandsche School (HIS), sebuah sekolah yang menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar.
Di sekolah ini, ia menyaksikan bagaimana anak-anak Indonesia dipaksa menyanyikan lagu-lagu Belanda, yang kemudian mendorongnya menciptakan lagu-lagu yang dapat membangkitkan semangat nasionalisme di kalangan generasi muda.
Perjalanan Karier dan Karya-Karya Ibu Soed
Karier Ibu Soed sebagai musisi dan pencipta lagu dimulai pada tahun 1927.
Ya itu ketika ia memutuskan untuk menjadi seorang guru dan menciptakan lagu-lagu anak-anak yang berbahasa Indonesia.
Ia merasa prihatin melihat anak-anak Indonesia yang harus menyanyikan lagu-lagu asing tanpa makna yang relevan dengan kehidupannya.
Oleh karena itu, Ibu Soed bertekad menciptakan lagu-lagu yang tidak hanya menyenangkan, tetapi juga mengandung nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air.
Beberapa karya populer yang diciptakannya selain "Tanah Airku" antara lain:
"Nenek Moyangku Seorang Pelaut" - terinspirasi dari ayahnya yang seorang pelaut.
"Desaku yang Kucinta" - menggambarkan keindahan desa dan kecintaan pada kampung halaman.