Direktur Eksekutif Amnesty Internasional Indonesia, Usman Hamid menguatkan adanya peran perempuan Nduga dalam berhasilnya pendekatan soft approach ini.
BACA JUGA:Pilot Susi Air Dibebaskan, Kombes Pol Bayu Suseno: Kerja Tim dan Pendekatan Soft Approach
BACA JUGA:Tragis, Pilot Selandia Baru Ini Dieksekusi KKB, Bagaimana Nasib Pilot Susi Air? Masih Misterius
Dikatakan, berdasarkan informasi yang diperoleh dari jaringan pegiat hak asasi manusia internasional di Papua, peran perempuan Nduga terbilang cukup signifikan.
"Gerakan perempuan ini tidak hanya melakukan negosiasi, namun juga yang mengurus kesehatan pilot," ujar Usman.
Salah seorang perempuan Nduga, yaitu Raga Kogoya mengatakan, bahwa sejak awal Philip disandera, para perempuan Nduga telah meminta kepada milisi TPNPB untuk segera melepaskan Philip.
Ini beralasan, kepedulian terhadap nilai kemanusiaan hingga kekeluargaan.
BACA JUGA:SIAP-SIAP! Negosiasi Gagal, KKB Ancam Tembak Pilot Susi Air, Polisi Siapkan Tindakan Tegas
"Tuhan ajari kami untuk saling mengasihi. Kasihan keluarga pilot jika terus ditinggalkan," ucap Raga.
Philip disandera setelah mendaratkan pesawat Susi Air dengan kode registrasi PK-BVY di lapangan terbang Paro, Nduga pada 7, Februari 2023 lalu.
Pada saat itu, TPNPB berkeinginan menukar pembebasan Philip dengan pengakuan kemerdekaan Papua dari Wellington dan Jakarta.
Lalu, setelah hampir dua puluh bulan menjadi sandera, kini Philip telah berada kembali bersama keluarganya.
BACA JUGA:Viral Video Ancaman Pembunuhan Pilot Susi Air oleh KKB Papua, TNI-Polri Tak Mau Gegabah
Dimana yang bersangkutan diterbangkan dari Nduga menuju markas korps kepolisian Brigade Mobil Batalyon B/Timika untuk menjalani pemeriksaan medis dan psikologis.