Stabilisasi Nilai Tukar Rupiah
Nilai tukar Rupiah terus menguat berkat kebijakan moneter yang konsisten dan masuknya aliran modal asing.
Pada pertengahan September 2024, nilai tukar Rupiah tercatat menguat menjadi Rp15.330 per USD, mengalami apresiasi sebesar 0,78% dibandingkan posisi akhir Agustus.
Penguatan ini lebih tinggi dibandingkan mata uang regional seperti Won Korea dan Rupee India yang hanya menguat masing-masing sebesar 0,32% dan 0,13%.
BACA JUGA:Bank Indonesia Gelar Pekan QRIS Nasional di PIM, Catat Rangkaian Kegiatannya
Bank Indonesia juga terus memperkuat strategi stabilisasi nilai tukar Rupiah melalui intervensi di pasar valuta asing, transaksi Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), dan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.
Upaya ini bertujuan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan mendukung pertumbuhan ekonomi dengan mendorong stabilitas Rupiah.
Prospek Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan tetap baik, dengan Bank Indonesia memproyeksikan angka pertumbuhan dalam kisaran 4,7-5,5% pada 2024.
Investasi terus tumbuh, terutama di sektor bangunan, seiring dengan penyelesaian berbagai Proyek Strategis Nasional (PSN) dan tahapan finalisasi Ibu Kota Nusantara (IKN).
Konsumsi rumah tangga, khususnya dari kelas menengah ke atas, juga diperkirakan tetap terjaga, sementara ekspor nonmigas terus memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, belanja pemerintah yang meningkat pada akhir tahun diharapkan dapat memperkuat permintaan domestik.
Meski demikian, Bank Indonesia menekankan pentingnya upaya untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi agar lebih tinggi.
Dalam hal ini, bauran kebijakan moneter, fiskal, dan reformasi struktural harus terus disinergikan untuk memperkuat produktivitas ekonomi dan menciptakan lapangan kerja yang lebih luas.
Tantangan Inflasi yang Terkendali