Namun, PSSI kini menghadapi dilema: apakah mereka akan berani mengambil langkah lebih jauh dan menjatuhkan hukuman seumur hidup bagi Rizki, mengikuti preseden yang pernah terjadi pada kasus Pieter Rumaropen?
Banyak pihak menyerukan agar hukuman seumur hidup diberlakukan sebagai langkah tegas untuk menekan tindakan kekerasan dalam dunia sepak bola nasional.
Dengan memberikan hukuman berat, diharapkan tidak ada lagi pesepak bola yang berani bertindak brutal terhadap perangkat pertandingan.
Di sisi lain, terdapat juga pihak yang menganggap bahwa hukuman tersebut terlalu berat, mengingat usia Rizki yang masih muda dan masa depannya yang masih panjang di dunia sepak bola.
Namun, tekanan publik dan desakan dari PSSI untuk menjaga marwah sepak bola Indonesia tetap menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam keputusan akhir.
Menjaga Integritas Sepak Bola Indonesia
Kasus Muhammad Rizki ini menjadi pengingat bagi seluruh pelaku sepak bola di Indonesia tentang pentingnya menjaga disiplin dan integritas dalam setiap pertandingan.
Kekerasan terhadap perangkat pertandingan, baik wasit maupun ofisial lainnya, tidak hanya merugikan individu yang terlibat, tetapi juga mencoreng citra sepak bola Indonesia di mata dunia.
Selain itu, PSSI dan PT Liga Indonesia juga berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas kepemimpinan wasit, baik di level profesional maupun di kompetisi usia muda.
“Kami selalu bekerja sama dengan Komite Wasit PSSI untuk memastikan bahwa setiap wasit mendapatkan penyegaran dan pembaruan dalam hal kualitas kepemimpinan di lapangan. Termasuk dalam pemahaman terhadap teknologi seperti VAR,” pungkas Ferry Paulus.
Dengan insiden ini, sepak bola Indonesia kembali diuji.