Awan Arcus juga biasanya muncul ketika sudah mulai memasuki musim hujan pada periode September-Februari.
Awan Arcus memiliki bentuk menyerupai golongan ombak tsunami, yang biasa ditemukan saat masa peralihan musim.
Fenomena awan tsunami ini, juga mendapat perhatian dari Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN).
Menurut Anggota Tim Reaksi dan Analisis Kebencanaan (TREAK), Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer (PSTA) LAPAN, Ina Juaeni, awan Arcus adalah tipe awan cumuluniform yang memiliki ketinggian rendah dari permukaan.
"Awan Arcus biasanya terbentuk pada ketinggian dekat permukaan sampai 1,9 km," jelasnya.
Keberadaan awan ini dapat disertai awan badai cumulonimbus dan mereka saling melekat ataupun terpisah.
Awan Arcus berbentuk gulungan panjang secara horizontal biasanya terpisah dari awan induk (Cumulonimbus).
BACA JUGA:Indonesia Diguncang Berbagai Macam Gempa, Tak Hanya dari Megathrust
"Sedangkan awan Arcus datar atau papan panjang secara horizontal bersatu dengan dasar awan Cumulonimbus," paparnya.
Awan tsunami terbentuk akibat adanya ketidakstabilan atmosfer, di mana massa udara hangat yang lembab mendorong massa udara dingin.
Awan tsunami yang sering muncul pada masa peralihan musim kemarau ke musim hujan. --
"Oleh karena itu, di sepanjang daerah pertemuan awan Arcus terbentuk dan akan terlihat seperti gulungan gelombang tsunami raksasa," sebutnya lagi.
Gulungan awan terbentuk karena shear angin. Bagian luar awan nampak halus sementara bagian dalam awan terlihat kasar karena angin yang kuat.