PEMIMPIN MACHIAVELLIAN ADALAH MAUT

Sabtu 07-09-2024,15:17 WIB
Reporter : Rakhmat MH
Editor : Rahmat


Masayu Indriaty Susanto--

Bahkan oleh mereka yang tak tertarik dunia politik. 

Dengan karakter inilah, gaya komunikasi politik Johnson memikat banyak pemilih dan mendulang suara.

Tapi gelombang yang ingin melengserkannya muncul karena Johnson banyak melakukan manuver-manuver yang tidak pantas, menabrak etika, logika, dan moralitas. 

Saat Johnson melarang warga negara Inggris berkegiatan di masa pandemic covid 19, Johnson malah mengadakan pesta-pesta di kantor dan kediamannnya.

Bahkan buntutnya sampai pada kasus pelecehan seksual yang melibatkan circle terdekatnya. 

Berbagai pelanggaran etika dan moral yang dilakukannya membuat parlemen Inggris menyatakan kepemimpinan Johnson telah gagal dan mengajukan mosi tidak percaya. Puncaknya adalah mundurnya para menteri.

BACA JUGA:Menjadi Pemimpin Masa Kini, Kolaborasi dan Responsivitas sebagai Kunci Kesuksesan

BACA JUGA:Dinilai Tak Becus Jadi Pemimpin, Alex Ayah Rico Pujianto Tuntut Mundur Kapolri, Sebut Banyak Kepalsuan

DICINTAI ATAU DITAKUTI

Adalah Niccolo Marchiavelli, seorang filsuf Italia era renaisans yang mengajarkan gaya kepemimpinan ala kekuasaan. 

Dalam magnum opus-nya, Il Principe atau The Prince yang ditulis dua abad yang lalu, Machiavelli menulis banyak hal tentang bagaimana seorang pemimpin (Sang Pangeran) harus berkuasa dan mempertahankan kekuasaannya.

Machiavelli menulis The Prince sebagai buku pegangan bagi para penguasa.

Dan dia secara eksplisit menyatakan dalam karyanya bahwa dia tidak tertarik berbicara tentang republik ideal atau utopia imajiner, seperti yang telah dilakukan oleh banyak pendahulunya. Dia menulis politik realis.

Machiavelli mengajarkan praktik politik yang oportunis, tidak mengindahkan moralitas, agama, dan hanya berfokus kepada bagaimana memperoleh dan mempertahankan kekuasaan dengan menghalalkan segala cara. 

The Prince lantas menjadi semacam “kitab suci” politik realis (real politic).

Kategori :