BACA JUGA:1 Orang Terkonfirmasi Cacar Monyet di Indonesia Hari Ini
Pertemuan tersebut membahas tentang apakah wadah penyakit cacar monyet merupakan keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian masyarakat Internasional atau dikenal dengan status PHEIC.
Diketahui status PHEIC sendiri, merupakan peningkatan status kewaspadaan tertinggi organisasi kesehatan dunia (WHO) yang bertujuan untuk mempercepat penelitian, hingga tindakan kesehatan masyarakat internasional untuk mengatasi suatu penyakit.
Dikatakan Tedros, bahwa jelas respon internasional yang terkoordinasi sangat penting untuk menghentikan wabah ini (cacar monyet) dan menyelamatkan nyawa.
Cara Penyebaran Virus Monkey Pox
Masih dalam informasinya, wabah cacar monyet menyebar melalui kontak dekat satu sama lain dan biasanya disertai dengan gejala ringan namun bisa berakibat fatal pada sejumlah kasus.
BACA JUGA:Waspada, Meski Belum Ditemui di Indonesia, Kenali Gejala Cacar Monyet
BACA JUGA:Hayo, Pakar Soroti Dugaan Keterkaitan Cacar Monyet dengan Aktivitas Gay dan Biseksual
Penyakit cacar monyet dapat menyebabkan gejala seperti Flu hingga lesi berisi nanah pada tubuh yang terinfeksi.
Wabah di Kongo dimulai dengan penyebaran varian endemik, yang dikenal sebagai klade I.
Namun, varian baru klade Ib, tampaknya menyebar lebih mudah melalui kontak dekat rutin, termasuk hubungan seksual.
Virus ini telah menyebar dari Kongo ke negara-negara tetangga, termasuk Burundi, Kenya, Rwanda, dan Uganda, yang memicu tindakan dari WHO.
BACA JUGA:Cacar Monyet Serang Gay dan Biseks, Netizen: Salah Besar, Monyet Tak Ada yang Homoseksual
BACA JUGA:Heboh! Virus Mematikan Jadi Wabah di Israel, Warganet Singgung Soal Azab
Tedros mengatakan pada hari Rabu bahwa WHO telah mengeluarkan dana darurat sebesar US$1,5 juta dan berencana untuk mengeluarkan lebih banyak lagi dalam beberapa hari mendatang.
Rencana respons WHO akan membutuhkan dana awal sebesar US$15 juta, dan badan tersebut berencana untuk meminta bantuan dana dari para donor.