Wallace memperhatikan bahwa spesies yang ditemuinya berubah drastis melewati titik tertentu.
Sederetan titik yang membelah 25.000 pulau antara Semenanjung Asia Tenggara dan Australia tersebut kemudian menjadi garis Wallace.
Di sisi Asia, spesies hewan yang ditemukan semuanya berasal dari Asia.
Namun di sisi perbatasan Australia, hewan yang ditemukan merupakan campuran keturunan Asia dan Australia.
Selama lebih dari seabad, Garis Wallace yang bentuknya tidak simetris menimbulkan pertanyaan besar untuk ahli ekologi.
Alasannya, spesies Asia bisa menyeberangi garis Wallace. Namun, spesies dari Australia tidak bisa melakukan hal yang sama.
Dalam beberapa tahun terakhir, sebuah teori baru muncul untuk menjelaskan misteri ini.
Sementara, melansir dari Live Science, para peneliti sekarang percaya bahwa distribusi spesies tidak merata di sepanjang Garis Wallace disebabkan oleh perubahan iklim yang ekstrem akibat aktivitas tektonik sekitar 35 juta tahun yang lalu, saat Australia memisahkan diri dari Antartika dan menabrak Asia, melahirkan Nusantara.
Dalam studi baru, yang diterbitkan 6 Juli di jurnal Science, para peneliti menggunakan model komputer untuk menciptakan simulasi efek iklim yang dipicu oleh tumbukan benua ke spesies dan habitatnya
Model memperhitungkan kemampuan penyebaran, preferensi ekologis, dan keterkaitan evolusi lebih dari 20.000 spesies yang ditemukan di kedua sisi Garis Wallace. Hasil menunjukkan spesies Asia jauh lebih cocok untuk hidup di Nusantara pada saat itu.
Perubahan iklim utama pada saat itu bukan disebabkan oleh pergerakan benua itu sendiri, melainkan oleh bagaimana pengaruhnya terhadap lautan di Bumi.