Geger Tembok Raksasa Tak Kasat Mata Belah Indonesia Menjadi Dua, Begini Kata Ahli

Sabtu 22-06-2024,15:47 WIB
Reporter : Fadly
Editor : Zeri

Wallace memperhatikan bahwa spesies yang ditemuinya berubah drastis melewati titik tertentu. 

Sederetan titik yang membelah 25.000 pulau antara Semenanjung Asia Tenggara dan Australia tersebut kemudian menjadi garis Wallace.

Di sisi Asia, spesies hewan yang ditemukan semuanya berasal dari Asia. 

BACA JUGA:Investor Asing Siapkan Uang Puluhan Triliun untuk Bendungan Raksasa Provinsi Sumsel, Bakal Singkirkan IKN?

BACA JUGA:Bendungan Raksasa Provinsi Sumsel Terbesar di Indonesia, Telan Biaya Lebih dari Rp3,7 Triliun, Saingi IKN?

Namun di sisi perbatasan Australia, hewan yang ditemukan merupakan campuran keturunan Asia dan Australia.

Selama lebih dari seabad, Garis Wallace yang bentuknya tidak simetris menimbulkan pertanyaan besar untuk ahli ekologi.

Alasannya, spesies Asia bisa menyeberangi garis Wallace. Namun, spesies dari Australia tidak bisa melakukan hal yang sama. 

Dalam beberapa tahun terakhir, sebuah teori baru muncul untuk menjelaskan misteri ini.

BACA JUGA:Saingi IKN, Bendungan Raksasa Provinsi Sumsel Sudah Dilirik Banyak Investor Asing, Ada Negara Penguasa Dunia?

BACA JUGA:Provinsi Sumsel Bakal Miliki Bendungan Raksasa Terbesar di Indonesia, Kalahkan Proyek Cina dan Rusia?

Sementara, melansir dari Live Science, para peneliti sekarang percaya bahwa distribusi spesies tidak merata di sepanjang Garis Wallace disebabkan oleh perubahan iklim yang ekstrem akibat aktivitas tektonik sekitar 35 juta tahun yang lalu, saat Australia memisahkan diri dari Antartika dan menabrak Asia, melahirkan Nusantara.

Dalam studi baru, yang diterbitkan 6 Juli di jurnal Science, para peneliti menggunakan model komputer untuk menciptakan simulasi efek iklim yang dipicu oleh tumbukan benua ke spesies dan habitatnya

Model memperhitungkan kemampuan penyebaran, preferensi ekologis, dan keterkaitan evolusi lebih dari 20.000 spesies yang ditemukan di kedua sisi Garis Wallace. Hasil menunjukkan spesies Asia jauh lebih cocok untuk hidup di Nusantara pada saat itu.

Perubahan iklim utama pada saat itu bukan disebabkan oleh pergerakan benua itu sendiri, melainkan oleh bagaimana pengaruhnya terhadap lautan di Bumi.

BACA JUGA:Gempar! Ahli Geologi Temukan Gunung Api Raksasa Bawah Laut di Kota Bengkulu Diameter 50 Km, Masih Aktif?

Kategori :