Menurut masyarakat Way Kanan, rasa makanan belum pas apabila makan tanpa sambal seruit.
Akhirnya, sambal seruit menjadi makanan turun-temurun yang dikenal sejak nenek moyang hingga saat ini.
BACA JUGA:9 Cara Konsisten Dalam Program Diet Hingga Mencapai Target Berat Badan yang Ideal
BACA JUGA:Terdakwa Kuras Duit Nasabah BNI Kayuagung Rp6,4 miliar, Bakal Hadapi Tuntutan Pidana JPU
Seruit berasal dari kata nyeruit atau muju yang artinya makan bersama-sama teman, saudara, atau keluarga.
Kata-kata Nyeruit Yu atau muju, artinya berupa ajakan yang memiliki nilai kebersamaan yang kuat dengan keluarga, teman, dan keluarga sehingga akan terasa dekat.
Hingga saat ini, tradisi tersebut masih melekat pada masyarakat Lampung yang hobi dengan makanan terutama sambal dengan rasa pedas dan segar.
Sambal seruit ini sangat cocok dinikmati dengan lalapan baik mentah maupun matang.
BACA JUGA:Visa Haji 2024: Kemenag Ingatkan Masyarakat Gunakan Visa Haji Agar Tidak Tertipu
BACA JUGA: Obat Tradisional yang Efektif Mengatasi Sakit Mata, Tak Perlu Resep Dokter!
Lalapan yang biasa dimakan dapat berupa daun singkong yang telah direbus, rebusan labu, jengkol, jinal (semacam kunyit berwarna putih dan rasanya segar seperti kweni muda).
Kadang juga lalapam terong bulat kecil, bekasem petai, julang-juling (seperti jengkol namun ukurannya kotak), daun katuk, dan daun mangga muda.
Seruit sangat cocok sebagai teman makan nasi, terutama nasi hangat supaya lebih bersemangat dan nikmat.
Sambal seruit ini juga sering direcook karena rasanya yang nikmat, segar dan pedas serta cocok dinikmati dengan nasi hangat.
BACA JUGA:Resep dr Zaidul Akbar: Berikut 7 Cara Mengatasi Stres yang Dapat Dilakukan