Padi ketan sendiri adalah tanaman yang banyak tumbuh di Asia Timur (termasuk Cina), India, sampai Asia Tenggara.
Nama kue ini disebut di dalam kamus kuno Melayu-Belanda, Maleisch Nederdutisch Woordenboek, terbitan tahun 1869 adalah Bingka.
Bingka sendiri merupakan kue berbahan tepung beras, santan, telur, dan gula kelapa yang dimasak dengan cara dipanggang atau dikukus.
BACA JUGA:3 Ide Resep Masakan Ayam Seenak Resto, Dijamin Rasanya Nampol dan Gak Bakal Nyesel Bikinnya!
Kamus ini menyebut bingka sebagai bahasa Jawa, artinya wingko sudah dikenal di Jawa paling tidak sejak pertengahan abad ke-19.
Jajanan wingko pertama kali dibuat oleh Loe Soe Siang dan istrinya Djoa Kiet Nio pada 1898, keduanya perantau dari Tiongkok yang menetap di Babat, Lamongan.
Usaha wingko Loe Soe Siang diteruskan dua anaknya yaitu Loe Lan Ing dan Loe Lan Hwa, Loe Lan Ing merupakan pewaris generasi ke dua usaha wingko babat di Babat Lamongan.
Wingko dipopulerkan oleh Loe Soe Siang, ia adalah generasi pertama perantau dari Tiongkok ke Babat pada masa Hindia Belanda.
Usaha jualan wingko ini kemudian dilanjutkan oleh anak laki-lakinya yang bernama Loe Lan Ing.
BACA JUGA:Resep Vietnamese Spring Roll With Cabbage, Camilan untuk Diet yang Sehat dan Enak
BACA JUGA:Kreasi Resep Kue Lebaran yang Asin dan Gurih, Mudah Dibuat dan Cocok Untuk Isi Toples Lebaran
Nama anak laki-lakinya inilah yang kemudian menjadi merek dagang wingko itu sampai sekarang.
Di koran Belanda, Soerabaijasch Handelsblad, terbitan 6 Agustus 1934 bahkan ada tulisan yang menyebutkan wingko ini sebagai ikon kuliner Babat pada masa itu.
Para bangsawan Belanda yang sedang jalan-jalan di Babat kemudian mencicipnya dan memuji wingko ini enak.
Sementara Loe Lan Ing meneruskan usaha ayahnya di Babat, saudara perempuannya yang bernama Loe Lan Hwa, pindah ke Semarang.