Pada kajian tersebut jamaah betul-betul diberi pemahaman yang mendetail bahwa sebetulnya bahasa cinta laki-laki adalah apa yang mereka upayakan, bukan apa yang mereka katakan.
Laki-laki itu jika tulus dan cinta, maka bukan hanya akan memberikan apa yang dimilikinya, namun apa yang tidak dimilikinya pun akan diupayakannya, nah itulah bahasa cinta laki-laki.
Setelah menjelaskan tentang bahasa cinta seorang laki-laki, kemudian Ning Imaz menutupnya dengan mengatakan, "Seperti Mas Rifqil." Menunjuk pada suaminya sambil tersipu malu.
Mendengar pernyataan itu, para jamaah seolah seolah dibikin baper tingkat tinggi dengan pasangan suami istri yang tangan mengisi kajian tersebut.
Mendapati antusias jamaahnya, lalu Gus Rifqil segera menambahkan. "Laki-laki sejati itu tidak obral janji, karena kalau obral janji takutnya kalian termakan ekspektasi."
BACA JUGA:5 Doa Supaya Diberi Ketenangan Saat Hadapi Masalah Sulit, Berikut Bacaan yang Mudah untuk Diamalkan
"Jadi, seperti yang sering saya sampaikan, kalau esensi cinta sejati itu bukan yang bilang i love you, tapi yang bilang saya terima nikahnya." Sekali lagi jamaah dibikin baper bertubi-tubi.
Kemudian setelah itu Ning Imaz kembali memberikan nasihatnya, "Terus ada lagi nih yang merupakan bahasa cintanya laki-laki, yaitu bersedia untuk mengalah."
"Karena laki-laki itu kan egonya tinggi, ya. Kadang ada yang merasa superior dan merasa ingin selalu benar. Maka apabila seorang suami mau mengalah, mau memberikan kita ruang, mau memberikan kebebasan kita yang kebebasan itu tidak bertentangan dengan kerelaannya, maka itu juga cinta."
Mengutip Surat An-Nisa Ayat 34
ٱلرِّجَالُ قَوَّٰمُونَ عَلَى ٱلنِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَآ أَنفَقُوا۟ مِنْ أَمْوَٰلِهِمْ ۚ فَٱلصَّٰلِحَٰتُ قَٰنِتَٰتٌ حَٰفِظَٰتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ ٱللَّهُ ۚ وَٱلَّٰتِى تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَٱهْجُرُوهُنَّ فِى ٱلْمَضَاجِعِ وَٱضْرِبُوهُنَّ ۖ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا۟ عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا
Arab latin: Ar-rijālu qawwāmụna 'alan-nisā`i bimā faḍḍalallāhu ba'ḍahum 'alā ba'ḍiw wa bimā anfaqụ min amwālihim, faṣ-ṣāliḥātu qānitātun ḥāfiẓātul lil-gaibi bimā ḥafiẓallāh, wallātī takhāfụna nusyụzahunna fa'iẓụhunna wahjurụhunna fil-maḍāji'i waḍribụhunn, fa in aṭa'nakum fa lā tabgụ 'alaihinna sabīlā, innallāha kāna 'aliyyang kabīrā
BACA JUGA:Awas Menyesal! Nasihat untuk Tidak Perlu Membenci Seorang Ayah Seburuk Apa Pun Sifatnya