“Dari beberapa kasus sepertinya tidak memberikan efek jera kepada siapa saja pelakunya,” tegas Edi Hendri yang juga ikut menghadiri ungkap kasus Rabu sore.
Dengan berulangnya aksi tawuran yang melibatkan remaja hingga anak sekolah, menuai keprihatinan banyak pihak.
Menurutnya, dengan ringannya hukuman menjadi salah satu penyebab terus terjadinya aksi tawuran.
"Tawuran seperti menjadi teror baru dan mengganggu keamanan serta kenyamanan masyarakat. Kami terus mendorong Pemerintah Kabupaten dan Kota untuk bisa berperan aktif dalam memberikan pemahaman kepada para orang tua agar lebih memperhatikan anak-anak mereka,” ungkapnya.
BACA JUGA:Saat Nongkrong di Depan Lorong, Diserang Puluhan Pemuda yang Tengah Tawuran, Tangan Nyaris Putus
Diakui Ebonk sapaan akrabnya, tidak sedikit pula pelaku utama tawuran itu adalah mereka anak-anak yang putus sekolah.
”Kita mengapresiasi penegakan hukum yang dilakukan Polri, tapi kami juga berharap hukuman diberikan dengan tanpa menghilangkan hak-hak dari para pelaku ini yang berstatus sebagai anak-anak dan pelajar," tandasnya.
Aksi saling serang antarkelompok remaja ini tampak jelas dalam video berdurasi 00:27 detik yang sengaja disebarkan di sejumlah medsos.
Tampak jelas dari video rekaman warga, pelaku dengan santuy sambil duduk ditemani bungkusan cemilan keripik.
Dalam video tersebut, awalnya kelompok pertama mengejar sambil mengayunkan celurit bulan dan celurit modifikasi pipa.
Warga di sekitar tempat kejadian perkara (TKP), justru resah karena para pelaku tawuran itu orang datangan yang ternyata bukan warga setempat.
Tawuran tersebut diketahui berlangsung sekitar 30 hingga 1 jam. Bahkan informasinya, ada 2 korban remaja yang terluka dalam tawuran yang tak jauh dari asrama polisi tersebut.(*)