Kemudian pada tahun 1848 tercetuslah ide untuk mencetak Al-Qur’an, sehingga rumah Demang Jayaleksana yang semula digunakan sebagai tempat kajian islam juga difungsikan sebagai tempat percetakan.
Kemas Muhammad Azhari beserta Ibrahim bin Husein kemudian mencetak Al-Qur’an dengan metode litograri.
Ternyata pada kolofon Al-Qur’an yang dicetak di Palembang itu, Kemas Muhammad Azhari mencantumkan keterangan bahwa proses pencetakannya rampung selama 50 puluh hari hingga menghasilkan 105 eksemplar Al-Qur’an.
BACA JUGA:Sakit Karena Pandangan dari Orang Lain, Yuk Kenali Penyakit Ain dan Bahayanya
“Dalam satu hari mereka dapat menyelesaikan dua Al-Qur’an lebih tiga juz.” ujar Adb. Azim Amin.
Sesuatu yang menarik dari Al-Qur’an cetakan Palembang ini terdapat pada kedua sisi kolofonnya.
Pada kolofon bagian kanan terdapat surat Al-Fatiha beserta terjemahannya dengan tulisan Arab Melayu, kemudian pada lembar berikutnya tapi masih di kolofon bagian kanan, terdapat tulisan 25 nama nabi.
Dan untuk kolofon bagian kiri terdapat informasi penulis dan pengerjaannya serta motivasi pencetakan yang diambil dari hadist nabi.
BACA JUGA:Siapa Mush'ab Bin Umair? Tuan Muda yang Mejadi Delegasi Islam Pertama di Madinah
Al-Qur’an cetakan Kemas Muhammad Azhari ini belum menggunakan aplikasi penomoran sebagai pemisah pada tiap-tiap ayatnya, melainkan dipisah dengan motif-motif flora.
Namun demikian, pada kolofon sebelah kanan terdapat informasi yang dibuat oleh Kemas Muhammad Azhari bahwa jumlah ayat pada Al-Qur’an ada 6666 ayat.
Dari informasi tersebut menurut Abd. Azim Amin “Kemungkinan Kemas Muhammad Azhari memiliki sumber lain terkait jumlah ayat, akan tetapi bukan tidak mungkin Kemas Muhammad Azhari adalah seorang penghafal Al-Qur’an mengingat zaman dulu tidak ada penomoran pada ayat-ayat di Al-Qur’an tapi beliau bisa tahu jumlah keseluruhan ayatnya.”
Pada artikel Ahmad Subhan dengan judul Percetakan Al-Qur’an Palembang 1848 Dalam Lintasan Budaya Cetak Abad Ke-19, disebutkan bahwa Kemas Muhammad Azhari membeli alat cetak batu di Singapura seharga 500 Gulden dan menjual tiap eksemplar Al-Qur’an hasil cetaknya seharga 25 Gulden.
Namun, perlu diperhatikan bahwa sekarang di Pelembang hanya tersisa 2 eksemplar saja Al-Qur’an cetakan Palembang ini.
Pertama dimiliki oleh keturunan Kemas Muhammad Azhari itu sendiri yaitu Abd. Azim Amin, kedua terdapat di Museum Sultan Mahmud Badaruddin II.(*)