Oleh karena itu, pengidap gastroesophageal reflux disease (GERD) perlu mengetahui cara untuk meredam gejala, misalnya dengan perubahan gaya hidup dan mengonsumsi obat-obatan.
Saat menelan, pita otot melingkar di bagian bawah kerongkongan yang disebut juga dengan sfingter esofagus bagian bawah akan rileks.
Hal ini untuk memungkinkan makanan dan cairan mengalir ke perut, setelahnya sfingter akan menutup kembali.
Saat bagian ini mengendur karena gangguan atau melemah, asam lambung dapat mengalir kembali ke kerongkongan yang menimbulkan iritasi dan radang.
BACA JUGA:4 Tanda Kosmetik Tak Layak Pakai, Bisa Picu Kanker, Nomor 1 dan 2 Paling Mudah Dikenali
Salah satu penyebab penyakit asam lambung atau penyakit refluks gastroesofagus yang paling umum adalah hernia hiatus.
Masalah ini terjadi ketika bagian atas perut dan sfingter bergerak di atas diafragma, yaitu otot yang memisahkan perut dari dada.
Biasanya, diafragma membantu untuk menjaga asam di perut. Namun karena gangguan ini, asam dapat naik ke kerongkongan dan menyebabkan gejala GERD ini.
GERD adalah penyakit asam lambung yang dapat memengaruhi semua orang di segala usia. Umumnya, risiko kondisi ini dapat meningkat karena faktor gaya hidup, tetapi bisa juga karena beberapa penyebab lain.
BACA JUGA:Pengidap Diabetes Hindari Nasi Hangat Ya! Simak Alasannya Disini
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko GERD atau penyakit refluks gastroesofagus adalah:
Memiliki berat badan berlebih atau obesitas, sedang hamil, karena ada terlalu banyak tekanan pada perut.
Sering merokok atau menghirup asap rokok, mengidap gangguan jaringan ikat seperti scleroderma.
Hernia hiatus (tonjolan dari bagian lambung yang melewati celah diafragma dan dapat menghalangi makanan masuk ke lambung).
BACA JUGA:Mitos atau Fakta! Minum Susu Secara Rutin Bisa Menamabah Tinggi Badan
Mengalami gastroparesis, yakni kondisi melemahnya otot dinding lambung sehingga pengosongan lambung melambat.