SUMEKS.CO - Gunung Dempo berada pada ketinggian 3.159 meter di atas permukaan laut (mdpl). Keindahan gunung tertinggi di Sumatera Selatan ini sudah tidak diragukan lagi, menjadi magnet bagi warga dari berbagai daerah untuk melakukan pendakian.
Namun dibalik keindahan gunung yang berada di Kota Pagaralam itu, tersimpan cerita mistis yang membuat bulu kuduk berdiri.
Cerita terjadi tahun 1998 lalu. Saat itu 13 orang pencinta alam asal Kota Palembang melakukan pendakian ke Gunung Dempo. Tujuan untuk melakukan pendidikan dasar (diksar) siswa pecinta alam (sispala).
Pendakian pun dimulai dari Kampung IV atau jalur paling favorit saat itu. Namun, belum lama melakukan pendakian salah seorang peserta diksar merasa diikuti tawon.
Kawah Gunung Berapi Dempo Pagaralam--
Apa yang dirasakannya itu disampaikan kepada teman-temannya. Namun, diantara teman-temannya tidak ada yang melihat tawon yang dimaksud peserta diksar perempuan tadi.
BACA JUGA:Jejak Surga Atlantis Ada di Gunung Dempo, Buktinya Berserakan
Pendakian pun terus dilanjutkan. Namun si perempuan tetap merasakan ada yang ganjil, dan tetap merasa diikuti tawon. Meski teman-temannya tidak melihat hwan kecil berbahaya tersebut.
Singkat cerita rombongan tiba di puncak Gunung Dempo. Selanjutnya mereka menuruni Puncak Dempo menuju lembah. Selanjutnya mereka mendirikan tenda untuk bermalam. Nah, gangguan mahluk tak kasat mata baru saja dimulai. Perempuan yang merasakan selalu diikuti tawon, tiba-tiba kerasukan.
Perempuan peserta diksar itu merontah-rontah sambil bertingka yang membuat bulu kuduk 12 teman-temannya merinding. Bahkan, si perempuan mengatakan, dirinya merupakan mahluk penunggu Gunung Dempo.
Mahluk yang merasuki perempuan itu mengatakan, 13 pendakian telah melanggar pantangan pendaki Dempo, yakni melakukan pendakian 13 orang.
Mahluk yang merasuki pun meminta 1 nyawa diantara 13 pendaki itu. Suasana mencekam pun terjadi. Perempuan yang dirasuki terus melakukan tingka aneh. “Saya minta satu bintang dari 13 bintang kemukus. Satu tumbal atas pelanggaran ini,” ujarnya perempuan yang tiba-tiba suaranya berubah menjadi suara laki-laki bernada berat.
BACA JUGA:Kutukan Sakti Puyang Besemah, Keturunan Puyang Palembang Dilarang Mendaki Gunung Dempo
Kawatir terjadi hak-hal yang tak diinginkan, akhirnya 12 temannya mengikat si perempuan, kemudian memasukannya ke dalam sleeping bag, agar tidak kedinginan dan tidak berlari ke hutan larangan.
Saat lapar menggerogot si perempuan itu tersadar kembali. Usai diberi makan, dia Kembali kerasukan. Hingga akhirnya rombongan memutus turun. Lagi-lagi si perempuan mengaku kembali diikuti tawon.
Ternyata peristiwa mistis tidak berakhir disitu saja. Si perempuan yang saat ini sudah menjadi Pegawai Negeri Sipil itu, tiba di rumahnya tetap sering mengalami kerasukan.
Akhirnya keluarganya memutuskan membawanya ke seorang kyai. Hasil penerawangan kyai itu, perempuan pencinta alam ini diikuti sosok penunggu gunung.
Perempuan berhasil diobati. Itulah secuil kisah mistis dari gagahnya Gunung Dempo. Cerita Gunung Dempo ini tidak lepas dari kehidupan masyarakat Pagaralam atau Besemah.
BACA JUGA: Wow.....Indahnya Suasana Perkebunan Teh di Kaki Gunung Dempo Pagaralam
Namun tahukah kamu, nama Dempo ternyata muncul belakangan atau diperkirakan saat zaman Penjajahan Belanda.
Lantas apa nama gunung yang berada di Kota Pagaralam, Sumatera Selatan ini, sebelum disebut Dempo?
Dikutip dari Pagaralampos.disway.id, sejarawan Besemah (Pagaralam) Ahmad Bastari Suan mengungkapkan, dahulu Gunung Dempo disebut Dempu.
Menurutnya, nama Dempo dulu tidaklah dikenal. Bahkan tak pernah diucapkan samasekali. Dulu kata dia, masyarakat Besemah menyebutnya dengan nama Gunung Dempu.
Lalu apa itu Dempu? Terdapat beberapa versi terkait asal usul atau pun arti Dempu. Meski diantaranya hanya cerita turun temurun. Cerita pertama, kata Bastari, terkait dengan legenda pertapaan orang zaman dahulu. Orang zaman dahulu menganggap gunung adalah tempat pertapaan.
BACA JUGA:Kawah Merapi Gunung Dempo Pagaralam Kembali Erupsi, Sempat Terekam Pendaki
Mereka yang berhasil lulus pertapaan disebut dengan empu. “Lama kelamaan, tempat pertapaan itu dinamakan Dempu. Akhirnya gunung itu disebut Dempu,” tuturnya.
Versi selanjutnya masih terkait dengan mitos atau legenda. Bastari menuturkan, legenda ini berawal dari kisah perseteruan antara Puyang Palembang dan Besemah.
Dari pihak Besemah dikepalai Raden Dempu. Suatu ketika perselisihan itu memuncak, hingga Raden Dempu mengeluarkan kutukan bagi keturunan Puyang Palembang yang mendaki Gunung Dempu, akan hilang.
Dari nama Raden Dempu itulah diyakini nama Gunung Dempu kemudian disematkan. Anggota Lembaga Adat Besemah Satarudin sepakat dengan Bastari. Kata Satar, dulu yang dikenal adalah Gunung Dempu. Dempu terang dia, berasal dari Bahasa Melayu Kuno.
“Diambil dari kata dasar di dan empu, yang artinya dianggap mulia,” sebutnya.
BACA JUGA:Sesuai Ciri-ciri Atlantis, Banyak Ras Manusia Pernah Mendiami Lembah Dempo
Namun, kata mulia tersebut bukan ditujukan kepada gunung. Melainkan untuk penciptanya, yang tak lain adalah Tuhan Yang Maha Esa.
Adapun Pemerhati Budaya Besemah, Mady Lani mengatakan, banyak pendapat asal muasal nama Dempu. Salah satunya berasal dari nama seorang Resi Agung. “Sang Hyang Dempu Tahyang,” ucap Mady menyebut nama resi tersebut.
Versi lain, lanjut Mady, berasal dari kata Dahpunta. Dahpunta dikemudian dibaca dalam logat setempat menjadi Dempu, yang bermakna yang diempukan alias dituakan.
Meski tidak ada catatan tertulis pergerakan kata Dempu menjadi Dempo, tapi diyakini terjadi ketika penjajah Belanda masuk ke Tanah Besemah. Orang Belanda menurut Satar, tak bisa menyebut nama Dempu. “Klau dipaksakan, dialeknya akan terdengar lucu,”ucapnya.
Orang Belanda justru lebih mudah menyebut nama Dempo. Entah bagaimana caranya, warga lokal ikut-ikutan menyebutkan nama Gunung Dempo. Sedangkan nama aslinya yakni Dempu, terkikis habis. Tidak ada lagi nama Dempu digunakan. Justru nama Dempo yang selalu digunakan masyarakat.(*)