Ini tentu sangat relevan dengan apa yang sedang didengungkan dalam Kurikulum Merdeka yang berlaku saat ini, pendidikan karakter berubah menjadi enam nilai karakter sesuai dengan profil pelajar Pancasila yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkebinekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.
Jika kita bicara pada tataran operasional implementasi Pendidikan karakter melalui pelestarian budaya kita akan bicara tentang pendekatan seperti apa yang bisa digunakan.
Dalam konteks Pendidikan dan pembelajaran, dikenal istilah Etnopedagogi merupakan bagian dari disiplin pedagogi. Etnopedagogi adalah sebuah pendekatan dalam pendidikan yang berbasis budaya. Menurut Lingard, etnopedagogi bertujuan untuk menguji dimensi pedagogi melalui perspektif sosiologi pedagogi.
Hasil penelitian yang banyak dirilis dalam berbagai jurnal baik nasional maupun internasional menunjukkan bahwa etnopedagogi sebagai pendekatan pembelajaran yang diimplementasikan melalui kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan menyajikannya media pembelajaran berbasis kearifan lokal.
Dan ternyata pendekatan ini berhasil dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran. Dalam penggunaan media berbasis keunggulan lokal seringkali diiringi dengan berbagai aktivitas bermain, sehingga menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Ini adalah bukti empiris sekaligus juga menjadi inspirasi bagi para pendidik yang masih kesulitan bagaimana mengintegrasikan nilai budaya dalam pembelajaran. Bahwa pendekatan etnopedagogik adalah peluang untuk menyisipkan nilai-nilai budaya dalam pembelajaran.
Dan jika ini dilakukan kita tidak hanya mencapai satu goals saja. Tetapi dua tujuan tercapai, tujuan pembelajaran dari sisi kognitif tercapai sekaligus juga bagian dari Pendidikan karakter. Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui.
Di sisi lain, sebagai bentuk adapatasi terhadap kemajuan teknologi, tentu kita juga bisa memanfaatkan media berbasis teknologi (ICT) sebagai bagian tak terpisahkan dari pendekatan ini.
Dalam dunia pendidikan media digunakan dalam proses pembelajaran baik di dalam kelas maupun secara mandiri. Multimedia berbasis teknologi (ICT) salah satunya adalah media interaktif yang akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk beriteraksi secara aktif saat menggunakannya. Sebagaimana halnya dengan penggunaan sumber-sumber audio visual yang dapat meningkatkan motivasi dan menyajikan informasi dan prakarsa melalui stimulus visual dan audio.
Sebagai contoh, yang dilakukan penulis adalah dengan mengembangkan media pembelajaran interaktif berbasis ICT dengan menggunakan pendekatan etnopedagogi.
Nilai kearifan lokal diadopsi dari permainan tradisonal cak ingkling yang merupakan permainan tradisional di sumatera Selatan. Dikutip dari Wikipedia, Cak Ingkling atau Main Dore adalah permainan tradisional anak perempuan di Sumatera Selatan dan Minangkabau.
Permainan ini dapat dilakukan dengan jumlah pemainnya paling sedikit 2 orang dan paling banyak 6 orang. Setiap pemain harus memiliki pecahan keramik atau lempengan tipis yang akan dilempar ke kotak permainan yang berjumlah enam atau delapan kotak.
Jika digali lebih dalam, filosofi dalam permainan ini adalah mengajarkan nilai-nilai karakter religius, jujur, disiplin, kerja keras, mandiri, demokratis, peduli lingkungan, dan tanggung jawab. Inilah yang sedang kita coba sisipkan dalam pembelajaran.
Dengan mengambil salah satu mata tema dalam Pelajaran matematika tentang jaring-jaring kubus misalnya, kita mulai membawa peserta didik untuk mengenal budaya secara tidak langsung selama proses pembelajaran.
Tidak sampai di situ saja, nilai budaya juga dikenalkan melalui ornamen khas sumatera Selatan. Bahan pengayaan yang kental dengan rasa berkearifan lokal.
Lebih menarik adalah pengemasan media yang digunakan dengan berbasis teknologi membuat budaya tradisional dipelajari secara “modern” yang sesuai dengan karakter generasi milenial yang identik dengan karakter generasi digital native.