PALEMBANG, SUMEKS.CO - Asal usul kain Tanjung terkait dengan sejarah Kesultanan Palembang Darusalam.
Dilansir dari berbagai sumber, pada masa Kesultanan Palembang Darusalam, ada peraturan yang melarang penggunaan kain Songket bagi laki-laki dan perempuan yang belum menikah.
Sebagai alternatif, muncul kain Tanjung, sarung untuk pria, dan Blongsong sebagai sarung dan selendang untuk wanita.
Awalnya, kain-kain ini hanya dipakai oleh keluarga kerajaan tetapi kemudian menjadi umum digunakan oleh masyarakat.
BACA JUGA:Kain Gebeng Tradisi Tenun Khas Kabupaten Ogan Ilir, Cerminan Kearifan Lokal dan Identitas Daerah
Kain Tanjung khas Palembang.--dok : sumeks.co
Kain tenun Tanjung dan Blongsong sering digunakan dalam berbagai acara adat di Palembang. Seperti cukuran anak, tunangan, dan pernikahan.
Kain Tanjung memiliki warna cerah dengan beragam motif, terutama motif garis kotak-kotak (Gebeng) dan ornamen geometris yang dihasilkan dari proses limar atau pemintalan benang.
Perbedaan utama antara kain Tanjung dan Songket terletak pada jenis benang yang digunakan, dengan Songket menggunakan benang emas sementara Tanjung menggunakan benang sutra biasa.
BACA JUGA:Galeri Kain Tuan Kentang Menjadi Kawasan Wisata Belanja dan Edukasi
Tanjung adalah jenis kain tenun yang tidak menggunakan benang emas, biasanya digunakan untuk membuat sarung laki-laki.
Kain tenun Tanjung ini umumnya dikenakan oleh pria dalam acara adat seperti pernikahan dan acara lainnya.
Untuk membuat satu motif kain Tanjung, diperlukan minimal 3.600 helai benang sutra atau katun yang diatur sedemikian rupa.
Proses pembuatan motif dan pewarnaan kain Tanjung dilakukan dengan teknik pelintir atau limar.
BACA JUGA:Kain Jumputan Gambo, Asli Kabupaten Musi Banyuasin, Sumsel Gunakan Bahan Dasar Limbah Getah Gambir
Untuk proses pewarnaan, pengeringan, dan penyusunan motif bisa memakan waktu sekitar 25 hari hingga sebulan.
Motif-motif kain Tanjung.--dok : sumeks.co
Sedangkan, proses penenunan kain itu sendiri memerlukan waktu 1-3 hari untuk panjang kain sekitar 2 meter.
Saat ini, kain tenun Tanjung telah merambah pasar internasional dan diekspor ke berbagai negara seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Jepang, dan Belanda.
Meskipun pangsa pasarnya semakin meluas, jumlah pengrajin kain Tanjung masih lebih sedikit dibandingkan dengan pengrajin Songket maupun Jumputan.(*)