Firman bahkan tidak bisa masuk ke ponpes Panji Gumilang itu jika tak ada akses pintu teritorial, dimana Al Zaytun sebagai sayap fungsionalnya.
“Hanya santri (Al Zaytun) yang bukan anggota, sedangkan orang tuanya sebagian besar anggota NII,” tegasnya dikutip dari YouTube Metro TV.
“Karyawan, eksponen orang dalam termasuk anggota NII,” ungkap Firman lagi.
“Saya tidak pernah ke Al Zatun tanpa melalui pintu teritorial itu,” lanjutnya.
Pintu teritorial, katanya, adalah istilah dari NII KW 9 yang punya program kumpulkan orang dan dana.
Pintu itulah yang membawa Firman bekerja di Al Zaytun, tidak ada santri yang diberi muatan soal NII saat dia ada disitu.
BACA JUGA:Adik Kandung Panji Gumilang Merupakan Agen BIN, Punya Posisi Mentereng di Al Zaytun, Benarkah?
Berbeda dengan orang tua dan wali santri yang terafiliasi dengan NII.
“Kami di Al Zaytun sudah didoktrin tidak boleh bicara tentang apapun, tentang teritorial khususnya untuk santri,” ungkapnya.
“Karena santri harus clean harus bersih,” tandas Firman.
Investigasi FUUI
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Republik Indonesia, Muhadjir Effendy, menyebut bahwa apa yang terlihat dari Pondok Pesantren Al-Zaytun Indramayu mirip seperti komune.
Menurut Muhadjir, komune yang dimaksudkannya itu diharapkan bukan yang ekstrem. Komune yang terdapat di Ponpes Al-Zaytun Indramayu Jawa Barat itu, mempunyai sistem pemasyarakatan mirip dengan negara pada umumnya.
"Mudah-mudahan Al-Zaytun tidak sampai menjadi komune yang ekstrem," harap Muhadjir dikutip SUMEKS.CO dari unggahan TikTok @metro_tv, tiga hari lalu.