Dahulu, konon rekam jejak sejarah berupa foto-foto dari singgahnya sang proklamator ke rumah tersebut ada dan disimpan di Bengkulu. Namun dikarenakan keterbatasan dana yang dimiliki, dia beserta keluarga akhirnya menyerahkan kepada pihak terkait.
BACA JUGA: 5 Spot Arung Jeram di Sumsel, Rutenya Sangat Menantang
Hanya menyisakan ornamen rumah saja yang masih dipertahankan hingga saat ini. Diantaranya berupa dinding dalam ruangan yang terbuat dari jati, lantai kuno hebel, kursi jati antik, lalu jam hiasan besar antik serta foto pemilik rumah termasuk H Anang beserta keluarga.
Dari cerita-cerita tersebut, masih kata Abdurrahman, sekitar tahun 2018 silam, pihak pemerintah Kota Palembang melalui Dinas Kebudayaan menjadikan rumah singgah Soekarno sebagai cagar budaya, dan banyak dikunjungi wisatawan lokal hingga luar Kota Palembang di antaranya dari Jawa, mahasiswa hingga ke pemerhati sejarah.
Kurangnya perhatian dari pemerintah, menjadi kendala yang dia hadapi saat ini. Terutama untuk biaya perawatan rumah singgah yang mana sejak ditetapkan sebagai cagar budaya, masih merogoh kocek sendiri terutama untuk biaya perawatan serta konsumsi jika ada wisatawan yang ingin berkunjung.
Karena menurutnya, jika telah ditetapkan sebagai salah satu cagar budaya merupakan tanggung jawab dari pihak dinas. Apalagi merupakan aset pemerintah dari bidang budaya dan sejarah terutama untuk biaya perawatan.
"Tidak pernah sekalipun pihak pemerintah membantu baik berupa dana perawatan ataupun lain sebagainya, hanya patok nama saja bahwa rumah ini adalah cagar budaya," tukasnya. (*)