PHE Ogan Komering Wujudkan Desa Hijau dan Mandiri melalui Kompas Lestari
PT PHE Ogan Komering dan masyarakat Desa Makartitama, melakukan aksi nyata pengelolaan sampah berkelanjutan berbasis ekonomi sirkular. --
PRABUMULIH, SUMEKS.CO - Kompas Lestari (Kelompok Masyarakat Pengelola Sampah Sinergi PHE Ogan Komering), menjadi wujud nyata kolaborasi antara PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Ogan Komering dan masyarakat Desa Makartitama. Aksi nyata pengelolaan sampah berkelanjutan berbasis ekonomi sirkular.
Perubahan di Desa Makartitama bukan lagi sebatas wacana. Sudut-sudut desa yang sebelumnya dipenuhi tumpukan sampah organik, kini perlahan hilang. Aktivitas warga yang bergelut dengan inovasi menjadi faktor pembeda.
Melalui Kompas Lestari, sebuah kelompok masyarakat pengelola sampah yang digagas bersama PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Ogan Komering mengubah cara pandang warga tentang limbah. Alih-alih sebagai masalah, limbah kini dipandang memiliki nilai ekonomi bahkan menciptakan desa yang lebih hijau dan mandiri.
Inovasi itu disadari warga sebagai jawaban atas persoalan yang mereka hadapi. Bagaimana mengurangi sampah yang terus bertambah, di sisi lain mengubah masalah menjadi nilai tambah ekonomi yang menghadirkan peluang penghasilan.
BACA JUGA:Pertamina EP Limau Field Raih Penghargaan di ASEAN Energy Awards 2025
BACA JUGA:Bangkitnya Asa Masyarakat Desa Pengabuan melalui Program Permata Pertamina EP Adera Field
Salah satunya, diwujudkan dengan membangun Rumah Pusat Studi Budidaya Maggot. Sebuah ruang belajar dan praktik sebagaui pusat inovasi warga dalam mengolah sampah organik.
Dari tempat itu kemudian lahir produk bernilai, mulai dari pupuk cair organik, pupuk kasgot, pellet maggot, tepung maggot, hingga enzim penggemuk ternak. Bahkan cangkang maggot yang selama ini dianggap tidak berguna disulap menjadi pellet biomassa, alternatif bahan bakar yang ramah lingkungan.
Keberadaan Rumah Maggot tidak hanya memberi manfaat langsung bagi warga, tetapi juga bepeluang direplikasi desa lain. Modul pembelajaran khusus disusun agar proses replikasi berjalan lebih mudah, sementara sekolah-sekolah mulai memasukkan edukasi lingkungan ke dalam kegiatan belajar, menanamkan kesadaran sejak dini bahwa limbah dapat menjadi sumber daya.
Perubahan tidak hanya terlihat pada lingkungan fisik, tetapi juga pada kondisi ekonomi dan sosial masyarakat. Lebih dari 30 warga kini terlibat aktif dalam rantai produksi maggot dan produk turunannya.
BACA JUGA:Energi Kolaborasi: Pertamina EP Prabumulih Dukung Generasi Muda Bersinar di PORPROV XV Sumsel 2025
Pendapatan meningkat 20 hingga 30 persen, menciptakan sumber ekonomi alternatif yang sebelumnya tidak terpikirkan. Kelompok perempuan dan pemuda pun menjadi bagian penting dalam pengembangan produk, memperkuat kolaborasi lintas generasi dan membangun kelembagaan Kompas Lestari yang makin solid.
Volume sampah organik di desa tidak hanya berkurang hingga 70 persen, kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah mengalami peningkatan. Pemanfaatan pelet biomassa dari cangkang maggot juga membantu mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar gas serta mendukung upaya penurunan emisi karbon.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


