Bangkitnya Asa Masyarakat Desa Pengabuan melalui Program Permata Pertamina EP Adera Field
Program PERMATA berhasil mengangkat kesejahteraan masyarakat Desa Pengabuan melalui inovasi pertanian, pengelolaan limbah, dan pemberdayaan ekonomi berbasis komunitas.--
PALI, SUMEKS.CO - Di tengah bentang lahan gambut yang luas dan tantangan iklim yang tak menentu, masyarakat Desa Pengabuan selama bertahun-tahun hidup dalam bayang-bayang kemiskinan dan keterbatasan.
Namun, harapan mulai tumbuh melalui Program Pertanian Mandiri untuk Desa Tangguh (PERMATA) yang digagas PT Pertamina EP (PEP) Adera Field bersama Pertamina Hulu Rokan (PHR) Regional 1 Zona 4.
Latar belakang pelaksanaan program ini sangat mendesak, karena sebanyak 35,21 persen dari 1.366 kepala keluarga di Desa Pengabuan hidup dalam kemiskinan.
Pendapatan harian petani dan buruh tani berkisar antara Rp 45.000 hingga Rp 70.000, sementara hampir separuh penduduk hanya berpendidikan Sekolah Dasar.
BACA JUGA:Energi Kolaborasi: Pertamina EP Prabumulih Dukung Generasi Muda Bersinar di PORPROV XV Sumsel 2025
Cuaca ekstrem memperparah hasil panen, dan limbah jerami yang melimpah belum dimanfaatkan secara optimal. Meski demikian, desa ini memiliki potensi besar berupa sumber daya alam, keterampilan dasar dalam pengolahan padi dan herbal, serta semangat sosial yang kuat.
Program PERMATA dirancang dengan pendekatan perencanaan partisipatif berbasis aspirasi masyarakat dan metode Logical Framework Analysis. Fokus utama program mencakup pengembangan pertanian padi yang adaptif terhadap perubahan iklim, termasuk pengembangan varietas padi tahan iklim seperti Mentik Susu dan Ngaos.
Limbah jerami yang sebelumnya dibakar sia-sia kini diolah menjadi briket sebagai sumber energi alternatif untuk rumah pengering (Dry House), pupuk organik, dan Mikro Organisme Lokal (MOL). Masyarakat juga mulai mengelola sampah organik secara mandiri.
"Tidak semata program CSR, PERMATA kini menjadi Gerakan pemberdayaan yang menyentuh akar persoalan melalui pengetahun, inovasi, dan kelembagaan," ungkap Manager CID PHR Regional 1 Sumatra, Iwan Ridwan Faizal.
Diversifikasi produk menjadi bagian penting dari program ini. Kelompok Wanita Tani Selaras Alam, yang dipimpin oleh Herawati, mengembangkan budidaya tanaman obat keluarga (TOGA) seperti jahe, temulawak, kunyit, dan kencur.
Produk-produk ini diolah dan dipasarkan dengan legalitas NIB, PIRT, dan sertifikasi halal. Pemanfaatan energi alternatif melalui Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) juga menjadi terobosan penting dalam mendukung efisiensi dan keberlanjutan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


