Mengenal Istilah Jurnalisme Inklusif: Pilar Penting Kebebasan Berekspresi

FJPI Sumsel Dorong Penguatan Jurnalisme Inklusif untuk Kebebasan Berekspresi Jurnalis Perempuan--
Tak hanya dalam ruang redaksi, jurnalis perempuan juga kerap dihadapkan dengan ganguan-gangguan lain saat menyampaikan pemberitaan ke masyarakat luas.
"Seperti kasus pengiriman kepala babi kepada jurnalis perempuan Tempo, dan kasus lain yang pernah diadvokasi FJPI,” kata Tri.
Menurutnya, penerapan jurnalisme inklusif memberi kesempatan yang sama, suara setara, dan perlindungan memadai bagi jurnalis perempuan, baik dari kekerasan daring maupun luring. Baik di ruang redaksi maupun luar redaksi.
BACA JUGA:Pertamina Patra Niaga Bahas Rencana Kerjasama dengan Pemkot Palembang
BACA JUGA:Pemkot Palembang Tampil Memukau pada Ajang Street Performance JKPI 2025 di Yogyakarta
“Perspektif gender perlu dipahami jurnalis dan dipraktikkan di ruang redaksi, agar pemberitaan tidak bias dan semua suara mendapat tempat yang adil,” tegasnya.
"Juga menjadi tantangan tersendiri bagi jurnalis perempuan yang menjadi korban kekerasan saat menyampaikan sebuah berita. Sehingga memang butuh peran berbagai pihak untuk mendukung jurnalisme inklusif," tambah dia.
Sementara itu, Jufrizal menjelaskan bahwa jurnalisme inklusif adalah praktik jurnalistik yang tidak memandang suku, ras, agama, maupun gender dalam proses kerja pemberitaan.
Menurut dosen UIN Raden Fatah Palembang itu di dunia media, penerapan jurnalisme inklusif masih minim dan sering terhambat oleh pola pikir atau kebijakan redaksi yang belum berubah.
BACA JUGA:Pemkot Palembang Komitmen Dukung Pemakmuran Masjid Al-Fathul Akbar
BACA JUGA:Program Nasional Prabowo, Pemkot Palembang Tuntaskan Distribusi Bantuan Beras 10Kg
“Jurnalisme inklusif menghasilkan karya yang dapat diterima semua kalangan, karena tidak membatasi pada unsur-unsur tertentu,” katanya.
Namun, dalam pengamatannya sebagai akademisi yang berkecimpung di dunia jurnalistik, masih banyak berita yang bias gender, menyinggung isu agama, atau menggunakan judul provokatif.
Bahkan, beberapa upaya jurnalis untuk menulis secara inklusif kerap terhenti di meja redaksi.
“Banyak jurnalis sudah mencoba menulis secara inklusif, tetapi belum didukung kebijakan redaksi," kata dia.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: