Jet Tempur Buatan China J-10C Ukir Sejarah Pakistan usai Tumbangkan Rafale, Indonesia Tekan Tombol Panik?

Jet Tempur Buatan China J-10C Ukir Sejarah Pakistan usai Tumbangkan Rafale, Indonesia Tekan Tombol Panik?--
BACA JUGA:'Perang Air' di Perbatasan India-Pakistan Memanas, Dunia dalam Kewaspadaan Tinggi
Dari segi manuver dan kecepatan, jet tempur China ini justru unggul dalam pertarungan udara jarak dekat.
Dalam hal daya jangkau, Rafale memang memiliki keunggulan karena dapat menempuh jarak hingga 3.700 km dengan bantuan tangki eksternal.
J-10C hanya mampu menjangkau sekitar 1.850 km tanpa pengisian bahan bakar di udara. Namun, dalam skenario pertempuran regional seperti antara India dan Pakistan, jangkauan bukanlah faktor penentu tunggal.
Soal daya angkut senjata, Rafale juga lebih unggul dengan kemampuan membawa hingga 9.500 kg berbagai jenis amunisi, dibandingkan J-10C yang hanya mampu mengangkut sekitar 6.000 kg.
Namun J-10C dilengkapi dengan rudal PL-15 dan PL-10, dua rudal modern buatan China yang mampu memberikan kejutan dalam pertempuran udara.
Rudal PL-15 bahkan diklaim memiliki jangkauan lebih jauh dibandingkan Meteor yang merupakan keunggulan rudal udara-ke-udara milik Rafale.
Radar juga menjadi poin penting dalam perbandingan ini. Keduanya menggunakan teknologi radar AESA generasi baru.
Rafale dibekali radar RBE2-AA buatan Prancis yang sangat canggih, sementara J-10C menggunakan radar KLJ-7A buatan dalam negeri.
Meski secara historis radar Barat lebih maju, teknologi China telah berkembang pesat dan kini mendekati, bahkan dalam beberapa aspek menyaingi radar-radar Eropa.
Namun, faktor yang benar-benar mengubah permainan adalah harga. Satu unit Rafale diperkirakan berharga sekitar 115 juta dolar AS, sementara J-10C hanya sekitar 40 juta dolar.
Perbedaan hampir tiga kali lipat ini menjadikan J-10C pilihan yang sangat menarik, bagi negara-negara dengan anggaran pertahanan terbatas.
Itulah sebabnya, keberhasilan J-10C menjatuhkan Rafale kini menjadi pembicaraan serius di Indonesia. Meski Indonesia telah menandatangani kontrak pembelian Rafale sejak 2022, berbagai pihak di dalam negeri kini mulai mempertimbangkan ulang pilihan tersebut.
Sebagai negara dengan kebutuhan mendesak untuk memperbarui armada tempurnya, dan dengan tekanan anggaran yang tak bisa dihindari, J-10C muncul sebagai opsi realistis dan menjanjikan.
Masih dari informasinya, militer Indonesia sendiri telah beberapa kali membuka komunikasi dengan Beijing terkait potensi kerja sama pertahanan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: