Pengacara dan Istri Oknum ASN JA Kecewa Berat, Kasus Dugaan Perzinahan Di-SP3-kan

Pengacara dan Istri Oknum ASN JA Kecewa Berat, Kasus Dugaan Perzinahan Di-SP3-kan

Laporan Kasus Perzinahan Pejabat OKU Selatan di SP3, Pengacara Pelapor Kecewa Dengan Kinerja Polisi--

BACA JUGA:Oknum Pejabat OKU Selatan Dilaporkan Dugaan Perzinahan Dengan Pelakor, Begini Hukuman Pelaku Menurut Islam

BACA JUGA:Ternyata Ini Awal Mula Pejabat OKU Selatan Dilaporkan Istri Kasus Dugaan Perzinahan dengan WIL

"Tidak ada yang kebal hukum, apalagi pejabat publik. Kami akan terus memperjuangkan keadilan, bahkan jika harus melibatkan Komisi III DPR RI," tambahnya.

Lebih lanjut, mardiana mengungkap bahwa laporan serupa yang diajukan ke Polres  Metro Jakarta Pusat telah menunjukkan progres signifikan, termasuk pengumpulan bukti dari CCTV hotel yang diduga menjadi lokasi Perzinahan JA dgn MZ. 


Kuasa hukum pelapor menunjukan petikan surat SP3 penghentian kasus dugaan perzinahan oknum pejabat OKU Selatan--

Ia meminta koordinasi lebih baik antara kepolisian di tingkat Polres Palembang dan Polres Metro Jakarta Pusat.

Sehingga tidak ada celah hukum yang diabaikan oleh Pihak Kepolisian kedepannya dlm menangani semua laporan dari pihak korban.

Pada kasus ini, kata Mardiana telah terjadi tekanan psikologis pelapor serta pihak keluarga usai mengetahui peristiwa zina JA dan MZ terjadi lagi.

Padahal di tahun 2023 JA sudah membuat surat pengakuan zina dan berjanji tidak akan melakukannya kembali.

BACA JUGA:JA Oknum Pejabat OKU Selatan Kembali Dipolisikan, Kuasa Hukum Ungkap Dugaan Perzinahan 3 Lokasi Ini

BACA JUGA:Bos Sriwijaya FC Ditawari Pemain Lokal Palembang Gratis Malah ‘Tarik Ulur’, Bikin Fans SFC Resah

Namun, janji tinggalah janji, alih-alih tidak pulang dengan alasan dinas luar kota, perzinahan tersebut kembali dilakukan JA dan MZ kembali di bulan Nopember tahun 2024 disalah satu hotel di Jakarta

Skandal yang seharusnya tak patut dicontoh oleh oknum ASN Pejabat OKI Selatan ini tidak hanya mempengaruhi Yunita, tetapi juga anak-anaknya yang mengalami trauma mendalam. 

"Anak-anak saya menangis setiap hari. Saya bahkan harus memastikan kondisi mental mereka tetap stabil," tutur Yunita dengan suara bergetar.

Yunita berharap kasus ini menjadi pelajaran bagi semua pihak, terutama para pejabat publik, untuk menjaga etika dan moralitas. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: