Di Tengah Perang Media Streaming, Quo Vadis Industri Televisi Indonesia?

Di Tengah Perang Media Streaming,  Quo Vadis Industri Televisi Indonesia?

Perang Media Streaming, Quo Vadis Industri Televisi Indonesia?--

Namun di Indonesia, tontonan yang memperoleh rating tertinggi  jumlah penontonnya justru drama seri (sinetron) dan reality show.

Drama seri adalah jenis acara yang meraih rating tertinggi di AS sepuluh tahun lalu. Namun kini, selera penonton di As sepertinya berubah. Acara berita dan olahragalah yang meraih jumlah penonton paling banyak.

Ancaman Bagi

Identitas Anak Bangsa

Dari analisa itulah, penulis memprediksi, disrupsi yang terjadi di Indonesia akan mengikuti apa yang telah terjadi di AS. TV streaming akan mengalahkan TV konvensional dan itu sepertinya hanya tidak menunggu waktu. 

Apalagi era teknologi 5.0 sudah di depan mata, yang berarti, akses dan kecepatan jaringan internet tidak akan menjadi masalah lagi di negara kita ke depannya.

Namun hal itu juga membawa masalah besar. Era media streaming akan menjadikan arus konten produksi negara barat, sebagai pemasok konten terbesar dunia, akan deras masuk ke Indonesia. 

BACA JUGA:Diam-Diam Facebook Sedot Data Pengguna untuk AI, Australia Mulai Investigasi Besar

BACA JUGA:Ramai di Medsos, Pengantin 'Sikok Bagi Duo' Asal Muratara Persunting 2 Wanita Sekaligus

Hal ini akan menimbulkan masuknya nilai-nilai dan karakter barat yang akan menggerus karakter masyarakat terutama anak bangsa.

Prof Dr Widodo Muktiyo, Guru Besar Ilmu Komunikasi Fikom Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo mengingatkan itu dalam kata pengantar di buku ini. 

Prof Widodo Muktiyo menegaskan, para konten creator Indonesia harus bergerak dan produktif dalam mengatasi derasnya arus konten streaming dari luar. 

Karena hal itu bisa menjadi “benteng” untuk melindungi identitas bangsa.

Secara garis besar, buku ini sangat direkomendasikan sebagai acuan bagi mahasiswa, akademisi, jurnalis, maupun peneliti yang mendalami era disrupsi media terutama dalam industri televisi dan media streaming. 

Sebagai praktisi media dengan pengalaman selama 30 tahun lebih, Irwan Setyawan mengulas hal itu dengan begitu detil, praktis, dan sistematis.

Penulis adalah lulusan sarjana komunikasi dari UNS Solo dan magister komunikasi dari Universitas Mercu Buana Jakarta. 

Telah berkarir sebagai jurnalis Jawa Pos sejak masih sebagai mahasiswa. Sebagian besar karirnya dijalani di media cetak, namun kemudian beralih ke televisi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: