Ngeri! Ular Bersisik Sebesar Piring, Gajah Kerdil, Hingga Suku Pemburu Kepala Manusia ada di Hutan Kalimantan

BACA JUGA:Jemaah Haji Asal Luwu Utara Terlantar di Madinah, Mengaku Diusir dari Hotel, Ini Faktanya!

Bukit yang terletak di Sintang Kalbar adalah batu monolit raksasa. Tinggi mencapai 1.000 meter dan luas mencakup 520 hektar. 

Mitos warga sekitar menyebutkan seorang bujang membawa batu raksasa, kemudian jatuh ditempat tersebut. Beberapa pendapat lain menyebutkan warga setempat menyebutnya batu kelam merupakan meteorit yang jatuh dari luar angkasa. 

4. Siluman Mariaban

Dipercaya sebagai penghuni hutan Kalimantan. Bertubu besar berwarna merah atau kemerahan. Mariaban dipercaya akan menyerang manusia yang masuk ke hutan. Mariaban juga dipercaya sebagai mahluk yang menyeramkan dan penghisap darah.

BACA JUGA:Banyak yang Minta Bayi Diletakkan di Depan Rumah Sahir, Tapi Tuan Rumah Bersedia Merawat Sebab Tak Punya Anak  

Disisi lain, Mariaban diburu manusia. Dipercaya bulu mariaban dapat menjadi jimat kekebalan. 

5. Suku Dayak Punan

Dipercaya sebagai Suku Dayak yang memiliki ilmu paling sakti mandraguna. Punan tinggal dipedalaman kalimantan, dan cenderung mengisolasi diri. Punan dipercaya mempelajari sihir kuno. Juga dipercaya sebagai pemburu kepala yang masih mempertahankan kanibalisme. 

Dayak Punan anti dengan warga luar. Sehingga sulit dilakukan penelitian. Beberapa kesaksian menyebutkan Dayak Punan memiliki mata berwarna biru. 

BACA JUGA:PT TeL Membuka Program Beasiswa Prestasi Bagi Masyarakat Sekitar

6. Gajah Kerdil Kalimantan

Ditemukan gajah paling kecil di dunia di Kalimantan. Gajah ini paling besar dengan tinggi hanya 2,5 meter saja. Itulah lebih kecil dari gajah Asia yang memiliki tinggi 3,4 meter dan gajah Afrika dengan tinggi 4 meter. 

Yang masih jadi misteri peneliti, darimanakah asal usul gajah Kalimantan ini. Sedangkan di Pulau Kalimantan tidak perna ditemukan fosil gajah. 

Beberapa pendapat menyebutkan gajah kerdil ini berasal dari gajah Jawa yang telah puna, yang dibawa oleh Kesultanan Kutai Kartanegara 300 tahun silam.

Sumber: