Quraish Shihab Tegaskan Garis Keturunan Rasulullah atau Nasab Seharusnya Mencerminkan Akhlak Nabi

Quraish Shihab Tegaskan Garis Keturunan Rasulullah atau Nasab Seharusnya Mencerminkan Akhlak Nabi

SUMEKS.CO - Gonjang-Ganjing mengenai Nasab atau garis keturunan Nabi, ditanggapi serius oleh cendikiawan Muslim Indonesia Prof Muhammad Quraish Shihab dalam channel YouTube milik anaknya Najwa Shihab.

Menurut mantan Menteri Agama era SBY ini, seharusnya memiliki jalur Nasab mulia ke Rasulullah menjadikan cermin bagi diri agar berprilaku seperti yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Dijelaskannya, garis keturunan ini mestinya mengikuti jalur dan sifat-sifat kenabian, yang menyebarkan toleransi dan menyebarkan akhlak mulia.

BACA JUGA:Pakar Tafsir Sekaligus Cendikiawan Al Quran Quraish Shihab, Jawab Tegas Soal Gonjang-Ganjing Nasab

Masih dalam kanal YouTube, pendiri Pusat Studi Al Qur'an (PSA) itu menyayangkan sebagian orang yang mengaku habib, namun akhlak-akhlaknya belum mencerminkan sifat Nabi.

"Belum mencerminkan nilai-nilai moral seperti yang diajarkan oleh Rasulullah SAW," terangnya.

Dengan demikian, Quraish Shihab menilai jika demikian justru akan menodai citra dari garis keturunan Nasab sebagai generasi yang seharusnya berakhlak luhur.

Quraish Shihab mengatakan, gonjang-ganjing mengenai Nasab yang saat ini terjadi bisa membuat citra negatif tentang Nasab itu sendiri.

BACA JUGA:Soal Jilbab Tak Ada Dalil dalam Al Quran, Ustaz Adi Hidayat Bantah dengan Ilmu Fiqih, Begini Hukum Sebenarnya

Lalu, terang Quraish Shihab disambut oleh orang lain dengan cara yang tidak sesuai juga sehingga terjadilah apa yang dinamakan gonjang-ganjing Nasab yang dipeributkan itu.

Dia mengutip salah satu ucapan Ali bin Abi Thalib RA yang berbunyi, "Bukankah seorang kesatria mereka yang mengatakan, inilah ayah saya, akan tetapi seorang kesatria adalah mereka yang mengatakan, inilah saya.

Masih dalam YouTube, Quraish Shihab sendiri merupakan seorang Habaib yang tidak pernah mau dipanggil Habib.

Dirinya merasa belum mencintai masyarakat sehingga masyarakat juga belum layak untuk mencintainya.

Sumber: