HOT NEWS! Siaga Tempur yang Diumumkan Panglima TNI untuk KKB Papua Dinilai Bukan Keputusan Pemerintah RI

HOT NEWS! Siaga Tempur yang Diumumkan Panglima TNI untuk KKB Papua Dinilai Bukan Keputusan Pemerintah RI

status yang diumumkan oleh Panglima TNI, Laksamana Yudo Margono ini, dinilai sejumlah kalangan bukanlah keputusan Pemerintah Republik Indonesia.--

HOT NEWS! Siaga Tempur yang Diumumkan Panglima TNI untuk KKB Papua Dinilai Bukan Keputusan Pemerintah RI

PALEMBANG, SUMEKS.CO - Sejumlah kalangan sangat menyayangkan ditetapkannya status siaga tempur untuk Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan.

Pasalnya, status siaga tempur yang diumumkan oleh Panglima TNI, Laksamana Yudo Margono ini, dinilai sejumlah kalangan bukanlah keputusan Pemerintah Republik Indonesia. Karena, sampai saat ini Presiden RI, Joko Widodo, belum pernah mengeluarkan pernyataan.

"Status siaga tempur ini merupakan keputusan dengan dampak yang besar. Hingga diumumkan Panglima TNI, belum ada keputusan politik dari negara terkait status ini," ungkap Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid, dikutip dari www.amnesty.id.

BACA JUGA:Waduh! Siaga Tempur TNI di Nduga Papua Diduga Langgar Undang-Undang, Tidak Ada Persetujuan Presiden dan DPR RI

Usman Hamid menyebut, dengan peningkatan status ini secara otomatis berisiko menimbulkan eskalasi kekerasan di Papua

"Kami mengingatkan bahwa kondisi HAM di Papua sudah sangat mengkhawatirkan. Kami mencatat dalam lima tahun terakhir setidaknya sudah 179 warga meninggal," terangnya.

Ke-179 warga yang meninggal ini terdiri dari  puluhan kasus pembunuhan di luar hukum yang melibatkan aparat keamanan dan kelompok pro-kemerdekaan Papua.

Menurut Usman, selama puluhan tahun ini Jakarta menerapkan pendekatan keamanan dalam mengatasi konflik di Papua. Selama itu pula korban terus berjatuhan. 

BACA JUGA:TOP NEWS….Tanpa Istilah Siaga Tempur, Anggota DPR Ini Yakin Betul TNI dan Polri Dapat Atasi Situasi di Papua

"Pendekatan keamanan terbukti tidak menyelesaikan kekerasan di Papua. Namun negara tidak pernah belajar dari pengalaman ini," katanya.

Terlebih lagi pemberlakuan siaga tempur ini meningkatkan risiko keselamatan warga sipil di Nduga Papua Pegunungan dan juga pilot Susi Air asal Selandia Baru, Phillip Mehrtens, yang masih disandera kelompok pro-kemerdekaan pimpinan Egianus Kogoya. 

"Potensi pelanggaran HAM dengan korban jiwa juga makin besar, apabila kita merujuk pada insiden kekerasan empat tahun belakangan ini. Dan korbannya tidak hanya warga sipil, namun juga dari kalangan aparat keamanan," tutupnya. *

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: