8 Warisan Budaya Khas Sumsel Hingga Kini Tetap Eksis dan Terdaftar di Kemendikbud RI
Rumah Besemah. --net
PALEMBANG, SUMEKS.CO - Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) memiliki berbagai macam suku, adat, dan budaya yang tersebar di 17 kabupaten dan kota.
Tak heran, jika Sumsel punya segudang warisan budaya yang hingga kini tetap dijalankan sebagai tradisi. Diantaranya ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) dan telah tercatat di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI.
Tim SUMEKS.CO telah merangkum beberapa WBTB dari 17 kabupaten dan kota di Sumsel, yang saat ini tetap eksis di masyarakat secara turun temurun.
1. Segarurung
Segarurung adalah salah satu makanan khas Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI). Kisah mengenai Segarurung berhasil digali dari salah satu pengamat budaya di Kabupaten PALI, Drs Arpan Manaman.
BACA JUGA:Disbudpar Sumsel Daftarkan 12 Warisan Budaya ke Kemendikbud RI, Salah Satunya Gulo Puan
Berawal karena ditemukannya banyak ikan jenis serandang atau ikan kerandang (Chana Pleurophthalma) di Sungai Sabah, Desa Tanjung Kurung.
Masyarakat kerap pula menemukan ikan tersebut di Lebak (sawah), Lebung (danau kecil), dan anak sungai di Desa Tanjung Kurung. Pada zaman dahulu hanya ikan Kerandang yang bisa untuk diolah menjadi Segarurung.
Ikan Kerandang Serandang adalah jenis ikan air tawar merupakan suku Channidae (kerabat gabus). Ikan buas ini menyebar terbatas, di Kalimantan dan Sumatera. Kadang ikan Kerandang disebut pula ikan Toman Bunga atau Selendang Mayang.
2. Selendang Mudawaroh Palembang
Seni hiasan tangan sulaman kain kelengkang dimulai pada awal abad ke-14 Masehi sewaktu tanah Melayu terkenal sebagai pusat perdagangan. Kala itu, tekstil dari India dan China yang berhias sulaman telah memengaruhi perkembangan sulaman kelengkang di dunia Melayu.
BACA JUGA:7 Warisan Budaya OKI Diakui Sebagai KIK
Para pedagang singgah di beberapa pelabuhan di pantai Timur Sumatera, seperti Tanjung Balai, Bangka, hingga tembus ke Riau.
Tekstil ini dikelompokkan sebagai seni Sriwijaya-Majapahit hingga tersebar di seluruh sisa kerajaan Melayu. Bahan dagangan tekstil ini mengalir ke selatan wilayah Melayu terutama Palembang dan masih digemari hingga hari ini.
3. Burgo
Burgo adalah makanan kecil khas Palembang. Biasanya disajikan bersama lakso, laksan, dan celimpungan pada saat makan pagi.
Burgo terbuat dari tepung beras, sagu, ikan gabus, dan air yang dicampur dengan bumbu, seperti lengkuas, ketumbar, kemiri, kencur, temu kunci, bawang merah dan bawang putih.
4. Jejuluk
Tradisi pemberian gelar dalam masyarakat suku Kayuagung, mulai ada sejak berakhirnya masa prasejarah di Kayuagung, tepatnya pada abad 16 atau 17.
Tradisi pemberian Jejuluk dalam perkawinan ini dilakukan masyarakat suku Kayuagung adalah bagian dari prosesi pernikahan.
Tradisi ini dibawa oleh orang-orang suku Lampung yang menjadi cikal bakal leluhur penduduk asli Kayuagung pada masa itu.
Suku Lampung dimaksud adalah keturunan Raja Mukedum Mutaralam dari kerajaan kecil di wilayah Way Kunang, Lampung yang menduduki tanah Komering Ilir.
BACA JUGA:Perjuangakan Kebaya sebagai Warisan Budaya ke Unesco
5. Tepung Tawar Perdamaian
Tepung tawar tolak bala adalah satu dari tiga jenis tradisi tepung tawar yang biasa diadakan pada momen tertentu. Tradisi ini sudah ada sejak zaman Palembang bahari (kesultanan), 'jaman bingen'.
Selain untuk tolak bala, tradisi tepung tawar biasa diadakan pada acara pernikahan dan perdamaian. Dalam pelaksanaannya tidak melibatkan tepung, tetapi sepiring besar ketan kunyit dan ayam panggang.
6. Rumah Basemah
Warisan budaya Rumah Basemah adalah rumah adat atau rumah tradisional yang sampai kini masih banyak berdiri kokoh di Kota Pagaralam dan sekitarnya.
Rumah adat Besemah dikenal sebagai rumah baghi. Tipe rumah ini terbagi atas dua, yaitu tatahan dan ghilapan.
Baik rumah tatahan maupun ghilapan berukuran sama, yaitu 8 x 8 meter. Bagian dalam rumah tanpa ruang dan sekat. Sesuai kebutuhan dan perkembangan zaman, pada sebagian rumah kemudian dibuat sekat untuk kamar. Sedangkan bagian dapur yang disebut pawun dibangun terpisah.
BACA JUGA:Jaga Bareng-bareng 12 Warisan Budaya Indonesia ini Diakui UNESCO
Konstruksi rumah baghi tidak menggunakan paku. Untuk penyambung sekat, biasanya diikat menggunakan rotan sebagai pengikatnya.
Demikian pula bagian tiang, yang tidak ditanam ke dalam tanah. Tiang-tiang ini berdiri dengan alas batu. Pada konstruksi lama, digunakan tiga batu pertiang dengan posisi segitiga.
7. Lukisan Lak
Lukisan Lak merupakan seni lukis khas Palembang yang memiliki keunikan karena menggunakan media berbeda dengan seni lukis yang ada. Lukisan Lak ini cirinya yang mengkilap dan monokromatif.
8. Tari Penguton
Tari Penguton merupakan tarian asli daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) yang ditampilkan untuk memberikan penghormatan kepada tamu kenegaraan.
Usia tarian ini sudah sangat tua, dengan penari berjumlah sembilan orang dan diiringi musik perkusi seperti gamelan, gong dan gendang.(*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: