Fortas Sumsel & Sriwiaya Foodies Fest 2022 Sukses Gelar Lomba Puisi di OPI Mall

Fortas Sumsel & Sriwiaya Foodies Fest 2022 Sukses Gelar Lomba Puisi di OPI Mall

Foto Bersama peserta lomba, dewan juri dan para guru pembina usai lomba baca puisi yang digalar FORTAS Sumsel dan Sriwijaya Foodies Fest 2002, Senin (Foto: tim Fortas )--

Paling tidak dalam analisis Fortas Sumsel, ada 60% persen dari peserta memilih puisi “Sepucuk Surat Buat Emak” dari pada puisi lainnya, seperti; Dia anak pinggiran Musi, Surat dari Desa dan Indonesiaku

Minat peserta terhadap puisi ini, menurut Ketua Forum Teater Sekolah (FORTAS) Sumsel, Yosep Suterisno, SE, menandakan sebuah kesadaran betapa pentingnya seorang ibu dalam keluarga, untuk menciptakan dan mengawal proses perkembangan mental anak didik yang berkarakter dan berintegritas moral. 

Tentu saja, menurut Yosep, ibu atau emak dalam puisi ini, bukan saja ibu di rumah, tetapi juga ibu di setiap sudut desa dan kota. ''Terutama ibu dalam diri kita yaitu; hati nurani kita.'' 

BACA JUGA:Putra Percha Bacakan Puisi Bahasa Inggris di Depan HD

“Itulah hakikat emak atau ibu kita yang seharusnya tidak boleh dilukai, tidka boleh dinodai sampai kapanpun,” tambah pria kelahiran Muaraenim 12 Januari 1968 ini, dalam obrolan kecil di Kedai Bakso Gendut, usai lomba.

Selain itu, alumnus Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP) tahun 1989 ini menjelaskan, pada puisi “Sepucuk Surat Buat Emak” tergambar jelas bagaimana kegelisahan anak yang mengabarkan pada emaknya, tentang bagaimana kondisi sebagian anak bangsa ini yang mentalnya sudah bergeser, dan bertentangan dengan tradisi ketimuran.

Kedua, menurut aktor jebolan Teater Leksi Palembang ini, puisi ini juga mewakili batiniyah, terutama bagi peserta yang kali itu secara tidak langsung sedang memperlihatkan kerinduannya pada emaknya. 

“Kita semua rindu emak, juga peserta yang mungkin sudah ditinggal emaknya, atau yang perantau sudah lama tidak bertemu dengan emaknya di kampung. 

Entah emak kita secara fisik di rumah, atau emak secara simbolik, emak kita, yaitu ibu pertiwi yang secara esensi juga emak kita semua, bernama Indonesia,” tegas Yosep, yang kali itu juga didaulat sebagai dewan juri.

 Sementara puisi lain, menurut suami dari Endang Kusniar ini, meski memiliki konten lokal, seperti “Dia Anak Pinggir Musi” tidak banyak diminati, karena sangat mungkin sebagian peserta yang ikut pada lomba ini, secara historis genetik tidak lahir dari komunitas sungai. 

Sehingga puisi yang berbasis air sungai ini, tidak secara langsung menyentuh rasa yang selama ini dijalani peserta dalam kesehariannya.

Yosep menyebutkan, acara ini sengaja dirangkai dengan silaturahmi antar teater sekolah se-Sumsel, untuk mengapreasiasi Sriwijaya Foodies Fest 2022, yang telah mengangkat potensi kuoiner di Sumsel. 

“Ini ruang bagi anak-anak muda untuk lebih kenal dengan sajian masakan khas Sumsel, sehingga mereka kelak ketika dewasa tidak kehilagan identitas diri sebagai anak Sriwijaya,” tegasnya.

BACA JUGA:103 Peserta Ikuti Lomba Baca Puisi di Museum Negeri Sumsel Balaputra Dewa

Sebelumnya, pada pertemuan pra kegiatan, Siska Windiyarti, S.Pd, Pimpinan Sriwijaya Foodoes Fest 2022 menyambut baik atas kegiatan yang dikerjasamakan ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: