PT Supreme Energy Raih Penghargaan API-INAGA
--
MUARA ENIM, SUMEKS.CO - Pengembangan panas bumi (Geothermal) merupakan usaha yang beresiko tinggi dan membutuhkan waktu penyelesaian yang sangat panjang.
Buktinya, PT Supreme Energy di PLTP Muara Laboh di Sumatera Barat dan PLTP Rantau Dedap di Sumatera Selatan, yang sangat sulit dan beresiko tinggi serta memerlukan waktu penyelesaian masing-masing 12 tahun dan 13 tahun mulai dari survei 3G sampai dengan tercapainya operasi secara komersial.
Karena hasil explorasi yang tidak sesuai dengan yang diharapkan, kedua proyek tersebut hanya menghasilkan tenaga listrik kurang dari setengah dari yang direncanakan semula.
Permasalahan utama yang menyebabkan lambatnya pengembangan panas bumi adanya gap antara kelayakan keekonomian investasi dengan kebijakan Pemerintah yang menekankan pada harga energi yang “affordable”.
BACA JUGA:Warga Minta Segera Selesaikan Pengaspalan
Founder dan Chairman PT Supreme Energy Supramu Santosa, menyampaikan penghargaan Lifetime Achievement Award dari Asosiasi Panasbumi Indonesia - Indonesian Geothermal Association (API-INAGA) ini ia terima pada acara The 8th Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition 2022 di Jakarta.
“Penghargaan tersebut diterima kita terima berkat sumbangsih PT Supreme Energy dalam pengembangan industri panas bumi di Indonesia selama ini,”ungkap Supramu Santosa didampingi Humas Jhanson Parliatan, Senin (19/9).
Kemudian, Supramu Santoso, juga menyampaikan ucapan terima kasih atas penghargaan tersebut kepada semua pihak akan kerjasama dalam pengembangan panas bumi.
“Penghargaan ini merupakan apresiasi untuk para partner dan seluruh karyawan PT Supreme Energy yang sudah berjuang bersamanya dalam mengembangkan panas bumi di Indonesia melalui segala tantangan berat dan panjang. Maka itu, ucapan terima kasih atas semua suport dan dukungan itu,”ucapnya.
BACA JUGA:Lama Mangkrak, Pembangunan Kantor Kejari Prabumulih Dipastikan Lanjut
Selanjutnya, Supramu Santoso menyarankan agar API-INAGA bersama sama investor/pengembang dan Pemerintah harus bekerja bersama mencari solusi atas permasalahan yang ada, yaitu mencari titik temu antara keekonomian investasi PLTP dan harga listrik yang lebih 'affordable'.
Kontribusi PLTP, kata dia, jangan hanya dilihat sebagai sumber energi yang handal tapi harus dilihat secara utuh seperti kontribusi terhadap lingkungan dan pembangunan ekonomi daerah.
“Kami telah melewati waktu 12-13 tahun dengan penuh semangat dan keyakinan bahwa panas bumi adalah suatu kebutuhan mutlak untuk medukung ketahanan energi nasional dimasa yang akan datang,” pungkasnya.(*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: